Allah Ta'ala
berfirman: "Kemudian mereka digantikan oleh sesuatu angkatan -kaum atau
golongan- yang meninggalkan shalat dan memperturutkan keinginan nafsu, maka oleh
sebab itu, mereka akan menemui kebinasaan. Kecuali orang yang bertaubat dan
beriman serta beramal shalih, maka mereka itu akan memasuki syurga dan tidak
dianiaya sedikitpun." (Maryam: 59-60)
Allah Ta'ala
berfirman pula: "Kemudian keluarlah ia -yakni Qarun- pada kaumnya dengan
perhiasannya -yang indah-indah. Orang yang menghendaki kehidupan dunia berkata:
"Wahai, kiranya kita mempunyai seperti apa yang diberikan kepada Qarun,
sesungguhnya ia mempunyai bagian keuntungan yang besar -yakni bernasib baik
sekali. Tetapi orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan berkata: "Celaka
engkau semua itu, pahala dari Allah adalah lebih baik untuk orang yang beriman
dan beramal shalih." (al-Qashash: 79-80)
Juga Allah Ta'ala
berfirman: "Kemudian pada hari itu -yakni hari kiamat, sesungguhnya engkau semua
akan ditanya tentang kesenangan -dunia." (at-Takatsur: 8)
Allah Ta'ala
berfirman lagi: "Barangsiapa yang menginginkan kehidupan yang sekarang, maka
Kami segerakan -memberikan- kepadanya apa yang Kami kehendaki, untuk orang yang
Kami sukai, kemudian Kami jadikan untuknya neraka jahannam, ia masuk ke dalamnya
dalam keadaan tercela dan dihalaukan -terusir." (al-Isra': 18)
Ayat-ayat dalam bab
ini banyak sekali dan dapat dimaklumi.
489. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya: "Tidak pernah kenyang keluarga Muhammad s.a.w. itu
dari roti gandum selama dua hari terus menerus, keadaan sedemikian ini sampai
beliau s.a.w. dicabut ruhnya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain
disebutkan: "Tidak pernah kenyang keluarga Muhammad s.a.w. itu sejak beliau
datang di Madinah dari makanan gandum selama tiga hari berturut-turut, sehingga
beliau dicabut ruhnya -wafat."
490. Dari Urwah
dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya Aisyah pernah berkata: "Demi Allah,
hai anak saudaraku, sesungguhnya kita melihat ke bulan sabit, kemudian timbul
pula bulan sabit, kemudian timbul pula bulan sabit. Jadi tiga bulan sabit yang
berarti dalam dua bulan lamanya, sedang di rumah-rumah keluarga Rasulullah
s.a.w. tidak pernah ada nyala api." Saya -yakni Urwah- berkata: "Hai bibi, maka
apakah yang dapat menghidupkan Anda sekalian?" Aisyah radhiallahu 'anha
menjawab: "Dua benda hitam, yaitu kurma dan air belaka, hanya saja Rasulullah
s.a.w. mempunyai beberapa tetangga dari kaum Anshar, mereka itu mempunyai
beberapa ekor unta manihah,[49] lalu mereka kirimkanlah air susunya itu kepada
Rasulullah s.a.w. kemudian memberikan minuman itu kepada kita." (Muttafaq
'alaih)
491. Dari Said
al-Maqburi dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia berjalan melalui kaum yang di
hadapan mereka itu ada seekor kambing yang sedang dipanggang. Mereka
memanggilnya, tetapi ia enggan untuk ikut memakannya dan ia berkata: "Rasulullah
s.a.w. keluar dari dunia -yakni wafat- dan tidak pernah kenyang dari roti
gandum." (Riwayat Bukhari)
492. Dari Anas
r.a., katanya: "Nabi s.a.w. itu tidak pernah makan di atas meja sehingga beliau
wafat, juga tidak pernah makan roti yang diperhaluskan buatannya sehingga beliau
wafat." (Riwayat Bukhari)
Dalam riwayatnya
Imam Bukhari yang lain disebutkan: "Juga beliau s.a.w. tidak pernah melihat
kambing yang disamit dengan matanya sama sekali," disamit artinya dihilangkan
bulu-bulunya lalu dibakar dengan kulitnya sekali. [50]
493. Dari an-Nu'man
bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Sungguh-sungguh saya pernah melihat
Nabimu semua s.a.w. dan beliau tidak mendapatkan kurma bermutu rendahpun yang
dapat digunakan untuk mengisi perutnya." (Riwayat Muslim) Daqal adalah kurma
yang bermutu rendah.
494. Dari Sahal bin
Sa'ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. tidak pernah melihat roti putih sama
sekali sejak beliau di utus oleh Allah Ta'ala sehingga dicabut ruhnya oleh Allah
Ta'ala. Kepada Sahal ini ditanyakan: "Apakah di zaman Rasulullah s.a.w. itu
engkau semua tidak mempunyai alat pengayak?" Ia menjawab: "Rasulullah s.a.w.
tidak pernah melihat alat pengayak itu sejak beliau diutus oleh Allah Ta'ala
sehingga dicabut ruhnya oleh Allah Ta'ala." Kepadanya ditanyakan lagi:
"Bagaimana caranya engkau semua makan gandum kalau tidak diayak?" Ia menjawab:
"Kita semua menumbuknya dan meniupkannya, kemudian beterbanganlah benda-benda
yang dapat terbang daripadanya itu lalu mana yang tertinggal, maka itulah yang
kami basahi untuk dijadikan adukan tepung -untuk membuat roti." (Riwayat
Bukhari) Ucapannya Annaqi dengan fathahnya nun dan kasrahnya qaf serta
syaddahnya ya' yaitu roti yang berwarna putih dan itulah yang disebut darmak.
Tsarrainahu dengan tsa' mutsallatsah kemudian ra' musyaddadah lalu ya' mutsannat
di bawahnya, lalu nun, artinya kita basahi dan kita jadikan adukan tepung -guna
membuat roti.
495. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. pada suatu hari atau suatu malam
keluar, kemudian tiba-tiba bertemu dengan Abu Bakar dan Umar radhiallahu
'anhuma, lalu beliau bertanya: "Apakah yang menyebabkan engkau berdua keluar
ini?" Keduanya menjawab: "Karena lapar ya Rasulullah." Beliau lalu bersabda:
"Adapun saya, demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya,
sesungguhnya yang menyebabkan saya keluar ini adalah sesuatu yang juga
menyebabkan engkau berdua keluar itu -yakni sama-sama lapar-, Ayolah pergi."
Keduanya pergi bersama beliau s.a.w., lalu mendatangi seorang lelaki dari kaum
Anshar, tiba-tiba lelaki itu tidak sedang di rumahnya. Ketika istrinya melihat
Nabi s.a.w., lalu berkata: Marhaban wa ahlan. Selamat datang di rumah ini dan
harap mendapatkan keluarga yang baik. Rasulullah s.a.w. lalu bertanya: "Di mana
Fulan -suamimu?" Istrinya menjawab: "Ia pergi mencari air tawar untuk kita."
Tiba-tiba di saat itu orang Anshar -suaminya itu- datang. Ia melihat kepada
Rasulullah s.a.w. dan kedua orang sahabatnya, kemudian berkata: "Alhamdulillah.
Tiada seorangpun yang pada hari ini mempunyai tamu-tamu yang lebih mulia
daripada saya sendiri. Orang itu lalu pergi kemudian datang lagi menemui
tamu-tamunya itu dengan membawa sebuah batang kurma -berlobang- berisikan kurma
berwarna, kurma kering dan kurma basah. Iapun berkata: "Silahkanlah makan."
Selanjutnya ia mengambil pisau, lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jangan
menyembelih yang mengandung air susu." Orang Anshar itu lalu menyembelih untuk
tamu-tamunya itu, kemudian mereka makan kambing itu, juga kurma dari batang
kurma tadi serta minum pulalah mereka. Setelah semuanya itu kenyang dan segar
-tidak kehausan- lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada di
dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya engkau semua akan ditanya dari
kenikmatan yang engkau semua rasakan ini pada hari kiamat. Engkau semua
dikeluarkan dari rumahmu oleh kelaparan. Kemudian engkau semua tidak kembali
sehingga engkau semua memperoleh kenikmatan ini." (Riwayat Muslim) Ucapannya
yasta'dzibu artinya mencari air tawar dan itulah air yang bagus. Al-'izdqu
dengan kasrahnya 'ain dan sukunnya dzal mu'jamah, yaitu batang atau dahan -kurma
dan lain-lain. Almudyatu dengan dhammahnya mim atau boleh pula dikasrahkan,
yaitu pisau. Alhalub ialah binatang yang berisikan susu dalam teteknya.
Pertanyaan mengenai kenikmatan ini adalah pertanyaan tentang banyak jumlahnya
kenikmatan, bukan pertanyaan sebagai olok-olok dan penyiksaan. Wallahu a'lam.
Adapun orang Anshar yang didatangi oleh Rasulullah s.a.w. serta kedua orang
sahabatnya itu ialah Abul Haitsam bin at-Taihan. Demikianlah dalam sebuah Hadis
yang dijelaskan menurut riwayat Tirmidzi dan lain-lain.
496. Dari Khalid
bin Umar al-Adawi, katanya: "Utbah bin Ghazwan berkhutbah kepada kita dan ia
adalah menjabat sebagai gubernur di Bashrah. Ia bertahmid kepada Allah serta
memujiNya, kemudian berkata: "Amma ba'du, sesungguhnya dunia ini sudah
memberitahukan akan kerusakannya dan akan menyingkir dengan cepatnya, maka
daripadanya itu tidak akan tertinggal melainkan sisanya yang sedikit sekali,
sebagaimana sisanya wadah yang dikumpulkan isinya itu oleh pemiliknya.
Sesungguhnya engkau semua pasti berpindah dari dunia ini, ke perumahan yang
tidak akan ada lenyapnya -yakni kekal. Maka dari itu berpindahlah dengan
sebaik-baik bekal yang ada padamu semua. Sesungguhnya saja telah disebutkan
kepada kita -oleh Nabi s.a.w.- bahwa sebuah batu yang dilemparkan dari tepi
Jahanam itu lalu jatuh ke dalamnya sampai selama tujuhpuluh tahun, tetapi belum
lagi mencapai dasarnya. Demi Allah, sesungguhnya Jahanam itu benar-benar akan
dipenuhi, adakah engkau semua heran tentang itu? Juga sesungguhnya telah
disebutkan kepada kita bahwasanya antara dua daun pintu dari beberapa daun pintu
syurga itu adalah berjarak sejauh perjalanan empat puluh tahun. Sesungguhnya
pula akan datang terhadap syurga itu suatu hari bahwa ia menjadi penuh padat
karena sesaknya - yakni berjejal-jejal orang hendak memasukinya. Saya sendiri
telah mengalami bahwa diri saya termasuk yang ketujuh dari tujuh orang yang
menyertai Rasulullah s.a.w., yang kita tidak memiliki makanan apapun, melainkan
daun-daunan pohon, sehingga banyaklah luka-luka yang timbul di rahang kita,
kemudian saya mendapatkan selembar kain, lalu saya sobeklah kain itu untuk
dibagikan antara saya sendiri dengan Sa'ad bin Malik, jadi saya bersarung dengan
separuh kain itu dan Sa'ad juga bersarung dengan separuhnya lagi. Selanjutnya
pada hari ini, seorang diantara kita berdua itu tidaklah menjabat melainkan
sebagai seorang gubernur dari sebuah daerah dari sekian banyak daerah yang ada.
Sesungguhnya saya mohon perlindungan kepada Allah kalau saya merasa dalam diri
sendiri itu sebagai orang yang agung, sedang di sisi Allah hanyalah kecil
belaka." (Riwayat Muslim) Ucapannya adzanat, dengan madnya alif, artinya
memberitahukan. Shurmun dengan dhammahnya dhad yaitu putus atau lenyap Wallat
hadzdzaa dengan ha' muhmalah yang difathahkan lalu dzal mu'jamah musyaddadah
lalu alif mamdudah, artinya cepat. Ashshubabah dengan dhammahnya shad muhmalah,
artinya sisa yang sedikit. Yatashabbuba dengan syaddahnya ba' sebelum ha'
artinya mengumpulkannya. Alkazhizh, artinya yang banyak serta penuh padat.
Qarihat dengan fathahnya qaf dan kasrahnya ra', artinya di tempat itu banyak
luka-lukanya.
497. Dari Abu
Musaal-Asy'ari r.a., katanya: "Aisyah radhiallahu 'anha mengeluarkan untuk kita
-maksudnya agar kita dapat melihatnya- sebuah baju dan sarung kasar, lalu ia
berkata: "Rasulullah s.a.w. dicabut ruhnya sewaktu mengenakan kedua pakaian
ini." (Muttafaq 'alaih)
498. Dari Sa'ad bin
Abu Waqqash r.a., katanya: "Sesungguhnya saya itu pertama-tama orang Arab yang
melempar dengan panahnya -untuk- fisabilillah. Kita semua waktu itu berperang
beserta Rasulullah s.a.w. dan kita tidak mempunyai makanan sedikitpun melainkan
daun pohon hublah dan daun pohon samurini, sehingga seorang dari kita itu
sesungguhnya mengeluarkan kotoran besar sebagaimana keadaan kambing kalau
mengeluarkan kotoran besarnya dan tidak dapat bercampur dengan lainnya -yakni
bulat-bulat serta kering, karena tidak ada yang dimakan." (Muttafaq 'alaih)
Alhublah dengan dhammahnya ha' dan sukunnya ba' muwah-hadah, juga samur adalah
dua macam pohon-pohonan yang terkenal di daerah badiah yakni tanah Arab bagian
pedalaman.
499. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ya Allah, jadikanlah
rezeki keluarga Muhammad ini makanan sekadar menutup kelaparan." (Muttafaq
'alaih) Ahli lughat dan gharib -yakni yang memperbincangkan mufradat dari
al-Quran dan al-Hadis- mengatakan, bahwa artinya qut ialah sesuatu yang dimakan
untuk menutup sisa hidup.
500. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Demi Zat yang tiada Tuhan melainkan Dia, sesungguhnya
bahwa saya menyandarkan hatiku ke bumi karena kelaparan dan sesungguhnya pula
bahwa saya mengikatkan batu pada perut saya karena kelaparan. Sebenarnya saya
pernah duduk-duduk pada suatu hari di jalanan orang-orang yang sama keluar
melalui jalanan itu -untuk mencari nafkahnya masing-masing. Kemudian Nabi s.a.w.
berjalan melalui tempat saya dan beliau tersenyum ketika melihat saya, karena
mengetahui keadaan dan hal ihwal yang ada dalam wajahku dan diriku, kemudian
beliau bersabda: "Abu Hir." Saya menjawab: "Labbaik ya Rasulullah." Beliau
bersabda lagi: "Mari ikut," dan beliau terus berlalu dan saya mengikutinya.
Selanjutnya beliau masuklah di rumah keluarganya, saya mohon izin lalu beliau
mengizinkan masuk untukku. Sayapun masuklah, di situ beliau menemukan susu dalam
gelas. Beliau bertanya: "Dari manakah susu ini?" Keluarganya berkata: "Fulan
atau Fulanah itu menghadiahkan untuk Tuan." Beliau bersabda: "Abu Hir." Saya
menjawab: "Labbaik ya Rasulullah." Beliau bersabda pula: "Susullah para ahlush
shuffah, lalu panggillah mereka untuk datang padaku." Abu Hurairah berkata:
"Ahlush shuffah itu adalah merupakan tamu-tamu Islam, karena tidak bertempat
pada sesuatu keluarga, tidak pula berharta dan tidak berkerabat pada seorangpun.
Jikalau ada sedekah -zakat- yang datang pada Nabi s.a.w. lalu sedekah -atau
zakat- itu dikirimkan semuanya oleh beliau kepada mereka itu dan beliau sendiri
tidak mengambil sedikitpun daripadanya, tetapi kalau beliau menerima hadiah,
maka dikirimkanlah kepada orang-orang itu dan beliau sendiri mengambil sebagian
daripadanya. Jadi beliau bersama-sama dengan para ahlush shuffah itu untuk
menggunakannya." Perintah Nabi s.a.w. memanggil ahlush shuffah itu tidak
mengenakkan hati saya dan oleh sebab itu saya berkata: "Apa hubungannya susu ini
untuk diberikan -kepada- ahlush shuffah. Saya adalah lebih berhak untuk
memperoleh susu ini dengan sekali minuman saja, agar saya dapat merasa kuat
tubuhku." Kemudian, jikalau orang-orang itu datang, Nabi s.a.w. tentu menyuruh
saya agar saya memberikan itu kepada mereka. Barangkali tidak akan dapat sampai
padaku -yakni bahwa saya tidak memperoleh bagian- susu itu, tetapi juga tidak
ada jalan lain kecuali mentaati Allah dan mentaati RasulNya s.a.w. Oleh karena
itu mereka saya datangi dan saya panggillah semuanya. Mereka menghadap dan
meminta izin, lalu Nabi s.a.w. mengizinkan mereka masuk, juga sama mengambil
tempat duduk sendiri-sendiri dalam rumah. Beliau lalu bersabda: "Abu Hir." Saya
menjawab: "Labbaik ya Rasulullah." Beliau bersabda lagi: "Ambillah susu itu dan
berikanlah kepada mereka." Abu Hurairah berkata: "Saya lalu mengambil gelas,
kemudian saya berikan pada seorang dulu. Ia minum sampai kenyang minumnya lalu
gelas dikembalikan. Seterusnya saya berikan kepada yang lain, ia pun minumlah
sampai kenyang pula minumnya, lalu dikembalikanlah gelasnya, sehingga akhirnya
sampai giliran saya memberikan itu kepada Nabi s.a.w., sedang orang-orang ahlush
shuffah itu sudah puas minum semuanya. Beliau s.a.w. mengambil gelas lalu
diletakkan di tangannya, kemudian beliau melihat saya dan tersenyum, kemudian
bersabda: "Abu Hir." Saya menjawab: "Labbaik ya Rasulullah." Beliau bersabda
pula: "Sekarang tinggallah saya dan engkau -yang belum minum." Saya menjawab:
"Benar Tuan, ya Rasulullah." Beliau bersabda: "Duduklah dan minumlah." Saya pun
duduklah lalu saya minum. Beliau bersabda lagi: "Minumlah lagi." Sayapun
minumlah. Beliau tidak henti-hentinya bersabda: "Minumlah lagi," sehingga saya
berkata: "Tidak, demi Allah yang mengutus Tuan dengan benar, saya sudah tidak
mendapatkan jalan lagi untuk minum itu -artinya sudah amat kenyang minumnya itu.
Setelah itu beliau bersabda: "Kalau begitu, berikanlah saya gelas itu." Gelaspun
saya berikan, kemudian beliau memuji kepada Allah Ta'ala dan membaca bismillah
di permulaan minumnya lalu beliau minumlah sisanya itu." (Riwayat Bukhari)
501. Dari Muhammad
bin Sirin dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Sesungguhnya saya pernah mengalami
diriku bahwa saya jatuh tersungkur antara mimbarnya Rasulullah s.a.w. dengan
biliknya Aisyah radhiallahu 'anha sampai tidak sadarkan diri. Kemudian datanglah
padaku seorang yang datang, lalu ia meletakkan kakinya di atas leher saya dan ia
menyangka bahwa sesungguhnya saya adalah orang gila, padahal saya tidaklah
kejangkitan penyakit gila, tetapi jatuh saya tadi hanyalah karena kelaparan."
(Riwayat Bukhari)
502. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. wafat sedang baju besinya sedang
digadaikan pada seorang Yahudi dengan nilai tiga puluh sha' -gantang- dari
gandum." (Muttafaq 'alaih)
503. Dari Anas
r.a., katanya: "Nabi s.a.w. menggadaikan baju besinya dengan gandum dan saya
berjalan ke tempat Nabi s.a.w. dengan membawa roti gandum dan lemak cair yang
sudah berubah keadaannya. Sungguh-sungguh saya mendengar beliau s.a.w. bersabda:
"Tiada sesuatupun pada pagi-pagi ini melainkan hanya segantang untuk para
keluarga Muhammad dan tidak ada untuk sore harinya nanti kecuali segantang
pula." Padahal seluruh keluarganya itu adalah sembilan rumah." (Riwayat
Bukhari)
504. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Sungguh-sungguh saya telah melihat tujuh puluh orang
dari golongan ahlush shuffah -kaum fakir miskin di Madinah, tiada seorangpun
diantara mereka itu yang berselendang. Ada kalanya mengenakan sarung dan ada
kalanya pula baju. Mereka mengikatkan itu pada leher-lehernya. Di antaranya ada
yang sampai pada separuh kedua betisnya dan diantaranya ada yang sampai pada
kedua mata kakinya, lalu dikumpulkan -kedua belahannya itu- karena enggan kalau
sampai terlihat auratnya." (Riwayat Bukhari)
505. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya: "Hamparan Rasulullah s.a.w. itu terbuat dari kulit
dan isinya adalah sabut." (Riwayat Bukhari)
506. Dari Ibnu Umar
radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita semua duduk-duduk bersama Rasulullah s.a.w.,
tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kaum Anshar, lalu ia memberi salam pada
beliau itu. kemudian orang Anshar tadi menyingkir. Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Hai saudara kaum Anshar, bagaimanakah keadaan saudaraku Sa'ad[51] bin Ubadah?" Orang
itu menjawab: "Baik-baik saja." Beliau s.a.w, bersabda lagi: "Siapakah diantara
engkau semua yang meninjaunya?" Kemudian beliau s.a.w. berdiri dan kitapun
berdiri bersamanya dan kita berjumlah sepuluh orang lebih -tiga sampai sembilan.
Kita semua yang pergi itu tidak berterompah -sandal-, tidak pula bersepatu,
bersongkok ataupun bergamis, sedangkan kita berjalan di tempat yang tandus,
hampir tidak ada tanamannya, sehingga datanglah kita di tempatnya. Kaumnya Sa'ad
bin Ubadah lalu mundur dari sekelilingnya, sehingga mendekatlah Rasulullah serta
semua sahabat yang menyertainya." (Riwayat Muslim)
507. Dari Imran bin
al-Hushain radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sebaik-baik engkau
sekalian adalah orang-orang yang sekurun -semasa- denganku, kemudian yang
mengikutinya -yang datang sesudahnya- kemudian orang-orang yang mengikutnya."
Imran berkata: "Saya tidak tahu, adakah Nabi s.a.w. mengucapkannya itu dua atau
tiga kali." Nabi s.a.w. selanjutnya menyabdakan: "Kemudian akan datanglah
sesudah mereka itu sesuatu kaum yang menjadi saksi, tetapi tidak dapat dipercaya
kesaksiannya. Mereka juga berkhianat dan tidak dapat dipercaya amanatnya,
demikian pula mereka bernazar, tetapi tidak suka memenuhi nazarnya dan tampaklah
kegemukan dalam tubuh mereka. -yakni gemuk yang disebabkan karena terlampau
banyak makan, minum dan bersenang-senang dan bukan gemuk karena kejadiannya
memang gemuk." (Muttafaq 'alaih)
508. Dari Abu
Umamah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai anak Adam, sesungguhnya
jikalau engkau memberikan apa-apa yang kelebihan padamu, sebenarnya hal itu
adalah lebih baik untukmu dan jikalau engkau tahan -tidak engkau berikan kepada
siapapun, maka hal itu adalah menjadikan keburukan untukmu. Engkau tidak akan
tercela karena adanya kecukupan -maksudnya menurut syariat engkau tidak akan
dianggap salah, jikalau kehidupanmu itu dalam keadaan yang cukup dan tidak
berlebih-lebihan. Lagi pula mulailah -dalam membelanjakan nafkah- kepada orang
yang wajib engkau nafkahi." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
509. Dari
Ubaidullah bin Mihshan al-Anshari al-Khathmi r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Barangsiapa diantara engkau semua telah merasa aman -dari musuhnya-
dalam dirinya, sehat dalam tubuhnya, memiliki keperluan hidup -makan, minum,
obat dan apa-apa yang dibutuhkan dalam kehidupannya- pada hari itu, maka ia
telah dikaruniai dunia dengan keseluruhan isinya." Diriwayatkan oleh Imam
Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. Sirbihi dengan
kasrahnya sin muhmalah artinya ialah dirinya, ada yang mengatakan bahwa artinya
itu ialah kaumnya.
510. Dari Abdullah
bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sungguh berbahagialah orang yang masuk Agama Islam serta diberi rezeki cukup
dan diberi sifat qana'ah -suka menerima- dengan apa-apa yang telah dikaruniakan
oleh Allah." (Riwayat Muslim)
511. Dari Abu
Muhammad yaitu Fadhalah bin Ubaid al-Anshari r.a. bahwasanya ia mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Untung besarlah kehidupan seorang yang telah
dikarunia petunjuk untuk memasuki Agama Islam, sedang hidupnya itu adalah dalam
keadaan cukup dan pula ia bersifat qana'ah -suka menerima." Diriwayatkan oleh
Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
512. Dari Ibnu
Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. dalam beberapa malam yang
berturut-turut itu bermalam dalam keadaan terlipat -maksudnya terlipat perutnya
karena lapar, sedang para keluarganya tidak mendapatkan sesuatu untuk makan
malam, juga sebagian banyak roti yang dimakan itu adalah roti terbuat dari
gandum." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah
Hadis hasan shahih.
513. Dari Fadhalah
bin Ubaid r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu apabila bershalat dengan para
manusia, maka ada beberapa lelaki yang jatuh tersungkur dari berdiri mereka itu
ketika dalam shalatnya, disebabkan karena kefakiran yang sangat -yakni karena
sangatnya kelaparan sehingga tidak kuat berdiri-. Mereka itu adalah ahlush
shuffah, sehingga orang A'rab -orang-orang Arab dari pedalaman- mengatakan bahwa
mereka itu adalah orang-orang gila. Kemudian apabila Rasulullah s.a.w. telah
selesai bershalat, lalu menghadap ke arah mereka itu dan berkata: "Andaikata
engkau semua mengetahui apa yang disediakan untukmu semua di sisi Allah Ta'ala,
sesungguhnya engkau semua senang kalau engkau semua bertambah kefakiran dan
hajatnya -dari sekarang ini. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah hadits shahih. Alkhashashab ialah kekurangan dan kelaparan yang
sangat.
514. Dari Abu
Karimah, yaitu al-Miqdad bin Ma'dikariba r.a., katanya: "Saya mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah seorang memenuhi sesuatu wadah yang lebih
buruk daripada perutnya. Cukuplah sebenarnya seorang itu makan beberapa suapan
yang dapat mendirikan -menguatkan- tulang rusuknya. Maka jikalau makanan itu
harus diisikannya, maka sepertiga hendaklah untuk makanannya dan sepertiga untuk
minumannya dan sepertiga lagi untuk pernafasannya." Diriwayatkan oleh Imam
Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
515. Dari Abu
Umamah, yaitu Iyas bin Tsa'laba al-Anshari al-Harits r.a., katanya: "Para
sahabat Rasulullah s.a.w. pada suatu hari menyebut-nyebutkan di sisi beliau itu
tentang hal dunia -yakni perihal kesenangan, kekayaan dan lain-lain. Kemudian
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidakkah engkau semua mendengar, tidakkah engkau
semua mendengar bahwa badzadzah itu termasuk keimanan, bahwa badzadzah itu
termasuk keimanan." Yakni taqahhul. (Riwayat Abu Dawud) Albadzadzah dengan ba'
muwahhadah dan dua dzal yang mu'jamah artinya ialah keadaan yang serba kusut dan
meninggalkan pakaian yang indah-indah. Adapun taqahhul, dengan qaf dan ha' maka
para ahli Lughat mengatakan bahwa orang yang bertaqahhul ialah orang yang kering
kulitnya karena keadaan hidupnya yang serba kasar dan meninggalkan kemewahan
dalam segala hal.
516. Dari Abu
Abdillah bin Jabir bin Abdullah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita dikirimkan
oleh Rasulullah s.a.w. -ke medan peperangan- dan mengangkat Abu Ubaidah r.a.
sebagai amir -panglima- untuk memimpin kita, guna menemui kafilah orang-orang
Quraisy. Kita semua membawa bekal sebuah tempat berisi kurma dan kita tidak
menemukan selain itu. Abu Ubaidah memberikan kita sekurma demi sekurma. Kepada
kita ditanyakan -oleh orang lain: "Bagaimanakah engkau semua berbuat dengan
sebiji kurma itu." Jawabnya: "Kita mengisapnya sebagaimana seorang anak bayi
mengisap tetek. Kemudian kita minum air setelah itu. Keadaan sedemikian ini
mencukupi kita untuk sehari itu sampai malam. Kita juga memukul daun-daunan
dengan tongkat-tongkat kita, lalu kita basahi dengan air, kemudian kita makanlah
itu. Seterusnya kita berangkat ke pantai laut, lalu tampaklah di atas kita di
pantai laut tadi, seolah-olah seperti tumpukan pasir yang besar, lalu kitapun
mendatanginya. Tiba-tiba yang tampak itu adalah seekor binatang yang dinamakan
ikan lodan -hiu. Abu Ubaidah lalu berkata: "Bangkai," kemudian ia berkata lagi:
"Oh tidak -maksud-nya tidak haram diambil dagingnya untuk dimakan-. Bahkan kita
ini adalah utusan-utusan dari Rasulullah s.a.w. dan dalam berjuang fisabilillah.
Engkau semua adalah dalam keadaan terpaksa. Maka dari itu makanlah olehmu
semua." Kita semua berdiam -sambil makan ikan tersebut- dalam waktu sebulan
lamanya dan jumlah kita seluruhnya adalah tiga ratus orang, sehingga kita
semuapun menjadi gemuklah. Sesungguhnya saya melihat bahwa kita semua menciduk
dari lobang matanya itu dengan beberapa gayung akan minyaknya dan kita memotong
daripadanya itu beberapa potongan daging sebesar lembu atau kira-kira
selembu-selembu besarnya. Sungguh-sungguh Abu Ubaidah menyuruh seorang dari kita
sebanyak tiga belas orang, diperintah olehnya supaya duduk dalam lobang matanya
dan supaya mengambil tulang rusuknya, lalu ditegakkan dan dimuatkan pada unta
yang terbesar yang ada beserta kita. Ia berjalan di bawahnya. Kita juga
mengambil bekal dari dagingnya yang telah dikeringkan -dijadikan dendeng.
Setelah kita semua datang di Madinah, kita mendatangi Rasulullah s.a.w., lalu
kita ceritakanlah hal itu kepada beliau, lalu beliau bersabda: "Itu adalah
rezeki yang dikeluarkan oleh Allah untukmu semua. Adakah engkau semua membawa
sedikit dagingnya, supaya dapat memberikan sedekahnya untuk makanan kita?" Kita
semua mengirimkan kepada Rasulullah s.a.w. sebagian dagingnya itu, kemudian
beliau s.a.w. memakannya." (Riwayat Muslim) Aljirab ialah wadah dari kulit yang
sudah dapat dimaklumi. Lafaz ini dibaca dengan kasrahnya jim atau boleh pula
dengan fathahnya, tetapi dengan kasrah adalah lebih fashih. Namashshuha dengan
fathahnya mim. Alkhabath ialah daun-daunan dari pohon yang dikenal dan dimakan
oleh unta. Alkatsib ialah timbunan dari pasir. Alwaqbu dengan fathahnya wawu dan
saknahnya qaf dan sesudahnya itu ialah ba' muwahhadah, ialah lobang mata.
Alqilal ialah gayung. Aifidar dengan kasrahnya fa' dan fathahnya dal yaitu
beberapa potong. Rahala ba'ira yaitu memberikan beban pada unta. Alwasyaiq
dengan syin mu'jamah dan qaf ialah daging yang dipotong-potong untuk
dikeringkan. Wallahu a'lam.
517. Dari Asma'
binti Yazid radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ujung lengan baju gamisnya Rasulullah
s.a.w. itu adalah sampai di pergelangan tangan." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih. Arush-ghu dengan
menggunakan shad dan Arrus-ghu dengan menggunakan sin, juga boleh, artinya ialah
pergelangan antara tapak tangan dengan lengan tangan bagian bawah.
518. Dari Jabir
r.a., katanya: "Sesungguhnya kita semua pada hari khandak -menggali tanah untuk
perlindungan diri sebelum timbulnya peperangan dan peperangan di waktu itu
disebut perang khandak, artinya parit-, kita semua menggali. Kemudian pada
penggalian itu terhalang oleh adanya gumpaian tanah yang keras. Para sahabat
sama-sama mendatangi Nabi s.a.w., lalu berkata: "Tanah keras ini
menghalang-halangi untuk kelanjutan penggalian parit." Beliau s.a.w. lalu
bersabda: "Saya akan turun." Selanjutnya beliau s.a.w. terus berdiri, sedang
perut beliau itu diikat di situ dengan sebuah batu -karena kelaparan. Kita semua
memang sudah selama tiga hari itu tidak merasakan rasa makanan apapun. Nabi
s.a.w. lalu mengambil cangkul, terus memukulnya, maka kembalilah tanah keras itu
bagaikan tumpukan pasir yang hancur lebur. Kemudian saya berkata: "Ya
Rasulullah, berilah saya izin untuk pulang ke rumah." Seterusnya saya lalu
berkata kepada istriku: "Saya telah melihat sesuatu dalam diri Nabi s.a.w.
-yakni pengganjalan perut dengan batu itu- yang tidak dapat disabarkan lagi.
Maka adakah engkau mempunyai sesuatu -yang dapat dimakan?" Istrinya menjawab:
"Saya mempunyai gandum dan kambing perempuan. Kambing itu lalu saya sembelih,
sedang istriku menumbuk gandum, sehingga dagingnya itu kita letakkan dalam
periuk. Kemudian saya mendatangi Nabi s.a.w., sedangkan adukan makanan itu telah
pecah -yakni sudah lumat dan halus- dan kuali yang ada diantara batu-batu itu
telah hampir masak isinya. Saya berkata kepada beliau s.a.w.: "Saya mempunyai
sedikit makanan ya Rasulullah, maka dari itu silakan Tuan berdiri -yakni pergi
ke tempat saya- bersama seorang atau dua orang saja. Beliau bertanya: "Berapa
banyaknya itu?" Saya menyebutkan sebagaimana adanya -yakni kambing dengan gandum
yang cukup untuk beberapa orang saja. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Banyak itu
dan enak sekali, katakanlah kepada istrimu, janganlah diangkat dulu periuknya,
juga jangan pula diambil roti itu dari dapur, sehingga saya datang nanti."
Seterusnya beliau s.a.w. bersabda: "Berdirilah engkau semua," maka berdirilah
semua kaum Muhajirin dan Anshar -yang ikut membuat parit-. Saya masuk kepada
istriku lalu saya berkata: "Celaka ini. Nabi s.a.w. datang dengan semua kaum
Muhajirin dan Anshar, jadi semua yang menyertainya." Istrinya berkata: "Adakah
beliau menanyakan banyaknya makanan?" Saya berkata: "Ya." [52] Seterusnya
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Masuklah engkau sekalian dan jangan
berjejal-jejalan." Beliau s.a.w. mulai memotong roti dan diberikanlah pula di
situ dagingnya dan selalu menutupi periuk dan dapur itu apabila beliau mengambil
daripadanya dan mendekatkan kepada sahabat-sahabatnya itu, kemudian ditariklah
kualinya itu -sesudah diambilkan isinya. Tidak henti-hentinya beliau s.a.w.
memotong roti itu dan menciduk kuah sehingga sekalian sahabatnya itu kenyang
semua dan masih ada pula sisanya dalam kuali. Kemudian beliau s.a.w. bersabda:
"Makanlah ini dan berikanlah hadiah -kepada orang-orang lain seperti tetangga,
sebab sesungguhnya para manusia itu terkena bencana kelaparan-. (Muttafaq
'alaih)
Dalam riwayat lain
disebutkan: Jabir berkata: "Ketika parit digali, maka saya melihat adalah
kelaparan yang sangat dalam diri Nabi s.a.w. Lalu saya kembali ke tempat istriku
dan saya berkata: "Adakah engkau mempunyai sesuatu yang dapat dimakan? Karena
sesungguhnya saya melihat adanya kelaparan yang sangat dalam diri Rasulullah
s.a.w." Istriku lalu mengeluarkan sebuah wadah yang di dalamnya ada segantang
gandum, sedang kita juga mempunyai seekor binatang kambing kecil yang telah
lulut. Binatang itu lalu saya sembelih dan istriku menumbuk gandum. Istriku
telah selesai pekerjaannya sebagaimana sayapun selesai pula, lalu saya potonglah
dalam kualinya, kemudian saya kembali menuju ke tempat Rasulullah s.a.w. Istriku
berkata: "Jangan engkau membuat aku tampak celaka, -sebab hanya mempunyai
makanan sedikit dan ini menunjukkan kemiskinannya- kepada Rasulullah s.a.w. dan
orang-orang yang menyertainya nanti." Selanjutnya saya lalu mendatangi Nabi
s.a.w. dan saya membisikinya. Saya berkata: "Ya Rasulullah, kita menyembelih
seekor kambing kecil untuk makanan kita dan saya juga telah menumbuk segantang
gandum. Maka dari itu, silakan Tuan datang di tempat saya bersama beberapa orang
saja yang akan menyertai Tuan." Tiba-tiba Nabi s.a.w. berteriak dan bersabda:
"Hai sekalian penggali parit, sesungguhnya Jabir telah membuat sesuatu hidangan
yang akan disuguhkan kepada kita. Maka marilah kita semua ke rumahnya." Kemudian
Nabi s.a.w. bersabda -kepada Jabir-: "Janganlah sekali-kali engkau turunkan
kualimu dan jangan pula dijadikan roti dulu adukan gandummu itu, sehingga saya
datang." Saya datang ke rumah dan Nabi s.a.w. juga datang sambil menyuruh
orang-orang banyak datang pula ke situ. Begitulah saya akhirnya datang di tempat
istriku. Istriku berkata: "Bagaimana engkau ini, bagaimana engkau ini,"
maksudnya istrinya itu menyalahkan suaminya, mengapa membawa orang-orang
sebanyak itu. Saya berkata: "Saya telah mengerjakan semua yang engkau katakan."
Istriku lalu mengeluarkan adukan gandum kita, lalu Nabi s.a.w. berludah di
dalamnya dan mendoakan keberkahannya, kemudian menuju ke tempat kuah kita, lalu
berludah pula di situ dan juga mendoakan keberkahannya, kemudian bersabda:
"Panggillah seorang tukang membuat roti, supaya ia dapat menolong membuat roti
bersamamu -dan yang disuruh ini adalah istri Jabir- dan pula ciduklah dari
kualimu, tetapi janganlah kuali itu diturunkan." Orang-orang yang datang di saat
itu adalah sebanyak seribu orang. Saya bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya
orang-orang itu semuanya dapat makan, sehingga mereka meninggalkannya dan pergi
dari rumah saya itu, sedang sesungguhnya kuali kita masih tetap berbunyi karena
isinya yang mendidih sebagaimana tadinya- sebelum diambil isinya oleh
orang-orang banyak, juga sesungguhnya adukan roti kita masih tetap menjadi roti
-sebanyak asalnya."
Keterangan:
Ucapannya: Aradhat
kud-yatun, dengan dhammahnya kaf dan sukunnya dal dan dengan ya' yang mutsannat
di bawahnya, artinya ialah segumpal tanah yang keras dan tebal yang tidak dapat
dicairkan oleh kapak. Atkatsib asalnya ialah tumpukan pasir dan yang dimaksudkan
di sini ialah telah menjadi tanah yang halus, itulah artinya lafaz ah-yala.
At-atsafiyyu ialah batu-batu yang di atasnya itu diletakkan kuali untuk memasak.
Tadhaghatbu artinya berjejal-jejalan. Almaja'ah ialah kelaparan, dengan
fathahnya mim. Al-khamash dengan fathahnya kha' mu'jamah dan mim, artinya ialah
lapar. Inkafa'tu artinya saya balik dan kembali. Albuhaimah dengan dhammahnya
ba' adalah tash-ghirnya lafaz bahmah, yaitu kambing betina, yakni al'anaq dengan
fathahnya 'ain. Addajin yaitu binatang yang sudah lulut di rumah. Assur ialah
makanan yang diundanglah untuk memakannya itu beberapa orang dan kata ini adalah
dari bahasa Persi - Iran. Hayyahalan artinya marilah. Ucapannya bika wa bika
artinya bahwa istrinya itu membantah suaminya serta memakinya karena ia
meyakinkan bahwa makanan yang dimilikinya itu tentu tidak cukup untuk
orang-orang sebanyak itu. Jadi wanita itu merasa malu dan agaknya tersamarlah
untuknya apa yang dijadikan kemuliaan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada
Nabi-Nya s.a.w. dari mu'jizat yang nyata dan pertanda yang jelas itu. Basaqa
sama dengan basbaqa atau bazaqa yakni meludah dan ini ada tiga lughatnya, amada
dengan fathahnya mim yakni sengaja atau bermaksud Iqdabl artinya ciduklah,
sedang atmiqdahab artinya ciduk atau gayung, tagbitbtbu artinya bahwa karena
mendidihnya itu keluarlah suaranya. Wallahu a'lam.
519. Dari Anas
r.a., katanya: "Abu Thalhah berkata kepada Ummu Sulaim: "Saya mendengar suara
Rasulullah s.a.w. itu lemah sekali dan saya mengetahui bahwa beliau adalah dalam
keadaan lapar. Maka dari itu, apakah engkau tidak mempunyai sesuatu untuk
dimakan?" Ummu Sulaim lalu mengeluarkan beberapa bulatan dari gandum, kemudian
ia mengambil kerudungnya, kemudian ia melipatkan roti dengan sebagian kerudung
tadi, lalu memasukkannya di bawah bajuku dan mengembalikannya padaku dengan
sebagian lagi -maksudnya bahwa Ummu Sulaim itu melipat roti dengan sebagian
kerudung dan dengan sebagiannya lagi dilipatkan untuk Anas-. Seterusnya Ummu
Sulaim menyuruh saya -Anas- untuk menemui Rasulullah s.a.w., lalu saya pergi dan
saya menemui Rasulullah s.a.w. sedang duduk di dalam masjid disertai oleh
orang-orang banyak. Seterusnya lalu saya berdiri di muka orang-orang itu,
kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah engkau diutus oleh Abu Thalhah."
Saya menjawab: "Ya." Beliau bersabda lagi: "Apakah untuk sesuatu makanan?" Saya
menjawab: "Ya." Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda kepada sahabat-sahabatnya
yang ada di masjid: "Berdirilah engkau semua dan berangkatlah." Saya juga
berangkat mengikuti mereka itu, sehingga datanglah saya kepada Abu Thalhah, lalu
saya memberitahukan padanya -bahwa Nabi s.a.w. mengajak orang banyak. Abu
Thalhah berkata: "Hai Ummu Sulaim. Rasulullah s.a.w. telah datang dengan
orang-orang banyak, sedangkan kita tidak mempunyai sesuatu untuk memberi makanan
kepada mereka semuanya itu." Istrinya berkata: "Allah dan RasulNya adalah lebih
mengetahui itu." Abu Thalhah lalu berangkat sehingga bertemu dengan Rasulullah
s.a.w., kemudian berhadapanlah Rasulullah s.a.w. dengannya sehingga keduanya itu
masuk rumah. Selanjutnya Rasulullah bersabda: "Bawa saya kemari apa yang engkau
punyai, hai Ummu Sulaim." Wanita itu datang dengan roti tersebut di atas, lalu
Rasulullah s.a.w. menyuruh supaya dipotong-potongkan dan Ummu Sulaim memeraskan
di atas roti itu suatu tempat berisi samin, maka itulah yang merupakan lauknya.
Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda sekehendak yang beliau sabdakan, selanjutnya
lalu bersabda pula: "Izinkanlah masuk sepuluh orang." Orang sepuluh itu
diizinkan masuk lalu mereka semuanya makan sehingga kenyang, lalu keluarlah
setelah itu. Seterusnya beliau bersabda lagi: "Izinkanlah masuk sepuluh orang
lagi." Orang sepuluh itu diizinkan lalu mereka makan sehingga kenyang kemudian
keluarlah mereka itu pula. Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Izinkanlah masuk
sepuluh orang lagi." Demikianlah sehingga seluruh kaum -yakni yang menyertai
Nabi s.a.w. dari masjid- dapat makan sehingga kenyang semuanya, sedangkan jumlah
kaum itu ada tujuh puluh atau delapan puluh orang." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain
disebutkan: "Maka tidak henti-hentinya beliau s.a.w. memasukkan sepuluh orang
dan mengeluarkan sepuluh orang, sehingga tidak seorangpun yang tertinggal,
melainkan ia tentu telah makan sehingga kenyang, kemudian dikumpulkanlah
kelebihan makanan itu, tetapi tiba-tiba banyaknya makanan tersebut adalah sama
seperti keadaan ketika orang-orang banyak belum makan daripadanya itu."
Dalam riwayat lain
disebutkan pula: "Maka makanlah orang-orang itu sepuluh orang demi sepuluh
orang, sehingga yang sedemikian itu dilaksanakan untuk sebanyak delapan puluh
orang. Kemudian Nabi s.a.w. makanlah setelah orang-orang itu semuanya, juga
semua keluarga rumah dan mereka masih meninggalkan sisa pula." Dalam riwayat
lain lagi dikatakan: "Kemudian mereka masih meninggalkan sisa yang cukup untuk
disampaikan kepada tetangganya."
Dalam riwayat
lainnya lagi dikatakan: Dari Anas r.a., katanya: "Saya datang kepada Rasulullah
s.a.w. pada suatu hari, kemudian saya menemui beliau s.a.w. itu sedang duduk
dengan sahabat-sahabatnya dan di perutnya diikatkanlah dengan suatu ikatan
-seperti batu dan lain-lain untuk menahan lapar-. Lalu saya bertanya kepada
salah seorang sahabatnya: "Mengapa Rasulullah s.a.w. mengikat perutnya."
Orang-orang sama berkata: "Karena lapar." Oleh sebab itu saya lalu pergi kepada
Abu Thalhah, yaitu suaminya Ummu Sulaim binti Milhan, kemudian saya berkata:
"Aduh bapak, saya sungguh-sungguh telah melihat Rasulullah s.a.w. mengikat
perutnya dengan suatu ikatan, lalu saya bertanya kepada sebagian
sahabat-sahabatnya dan mereka mengatakan bahwa hal itu karena beliau lapar." Abu
Thalhah lalu masuk menemui ibuku -yakni Ummu Sulaim, kemudian bertanya: "Adakah
sesuatu yang dapat dimakan?" Ummu Sulaim menjawab: "Ya, ada. Saya mempunyai
beberapa potong roti dan beberapa buah kurma. Jika Rasulullah s.a.w. datang ke
tempat kita sendirian, tentu dapatlah kita mengenyangkan beliau itu, tetapi
jikalau beliau datang dengan disertai orang lain, maka makanan kita terlampau
sedikit untuk dimakan orang-orang itu." Seterusnya Anas menyebutkan kelengkapan
hadits ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar