لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا
مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًۭا مِّنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَٱخْفِضْ
جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
Allah Ta'ala
berfirman: "Dan tundukkanlah sayapmu -yakni bersikap merendahlah kepada sesama
kaum mu'minin," (al-Hijr: 88)
وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ
يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا
تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ
مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ
فُرُطًۭا
Allah Ta'ala
berfirman pula: "Dan sabarkanlah dirimu beserta orang-orang yang menyeru
Tuhannya di waktu pagi dan sore yang mereka itu menginginkan keridhaan Allah dan
janganlah engkau hindarkan pandanganmu terhadap mereka itu, karena engkau
menginginkan keindahan hiasan keduniaan." (al-Kahf: 28)
فَأَمَّا ٱلْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ
وَأَمَّا ٱلسَّآئِلَ فَلَا تَنْهَرْ
Allah Ta'ala
berfirman lagi: "Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau bersikap kasar dan
kepada peminta-peminta, janganlah engkau membentak-bentak." [26] (ad-Dhuha: 9-10)
أَرَءَيْتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ
بِٱلدِّينِ
فَذَٰلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ
ٱلْيَتِيمَ
وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ
ٱلْمِسْكِينِ
Juga Allah Ta'ala
berfirman: "Adakah engkau mengetahui siapa orang yang mendustakan Dia -Islam
atau hari pembalasan di akhirat- itu? Yang sedemikian itu ialah orang yang tidak
menghiraukan keadaan anak yatim dan tidak menyuruh -orang lain atau jiwanya
sendiri- untuk memberi makan kepada orang miskin." (al-Ma'un: 1-3)
261. Dari Sa'ad bin
Abu Waqqash r.a., katanya: "Kita beserta Nabi s.a.w. dan kita semua ada enam
orang -selain Beliau s.a.w-. Kaum musyrikin lalu berkata: "Usirlah keenam orang
itu, supaya mereka tidak berani -bersikap tidak sopan- kepada kita. Enam orang
itu ialah saya -yang merawikan hadits ini-, Ibnu Mas'ud, seorang dari kabilah
Hudzail, Bilal dan dua orang lagi yang tidak saya sebut namanya. Mereka ini
dianggap tidak setaraf derajatnya oleh kaum musyrikin kalau duduk-duduk bersama
mereka. Hal itu mengesan sekali dalam jiwa Rasulullah s.a.w. sedalam yang
dikehendaki oleh Allah pengesanannya. Beliau mengusikkan itu dalam jiwanya,
kemudian turunlah firman Allah -yang artinya-: "Janganlah engkau mengusir
orang-orang yang menyeru kepada Tuhannya di waktu pagi dan sore yang mereka itu
sama menginginkan keridhaan Allah belaka." (al-An'am: 52) (Riwayat Muslim)
262. Dari Abu
Hurairah, yaitu 'A-idz bin 'Amr, al-Muzani dan ia termasuk golongan yang
menyaksikan Bai'atur Ridhwan r.a. bahwasanya Abu Sufyan mendatangi Salman,
Shuhaib, Bilal dalam sekelompok sahabat. Mereka lalu berkata: "Pedang-pedang
Allah belum lagi bertindak terhadap musuh Allah sebagaimana tindakan yang
semestinya -yang dimaksudkan musuh Allah ialah Abu Sufyan itu, sebab di kala itu
ia masih menjadi kafir. Abu Bakar berkata: "Adakah engkau mengucapkan itu kepada
sesepuh Quraisy dan penghulu mereka?" -Abu Bakar berkata ini karena mengharapkan
supaya Abu Sufyan masuk Islam, bukan hendak melukai hati para sahabat yang
berkata di atas-. Abu Bakar lalu mendatangi Nabi s.a.w. kemudian memberitahukan
apa yang terjadi itu. Nabi s.a.w. bersabda: "Hai Abu Bakar, barangkali engkau
menyebabkan mereka menjadi marah -sebab ucapanmu itu-. Jikalau engkau
menyebabkan mereka marah, sesungguhnya engkau menyebabkan juga kemurkaan
Tuhanmu." Kemudian Abu Bakar mendatangi orang-orang tadi lalu berkata: "Wahai
saudara-saudaraku, apakah saya telah menyebabkan engkau semua menjadi marah?"
Mereka menjawab: "Tidak. Semoga Allah memberikan pengampunan padamu, hai
saudaraku." (Riwayat Muslim) Ucapannya: Ma'khadzaha artinya tidak memenuhi hak
ketentuannya. Ya akhi diriwayatkan dengan fathahnya hamzah dan kasrahnya kha'
serta diringankannya ya' - yakni tidak disyaddahkan. Juga diriwayatkan dengan
dhammahnya hamzah, fathahnya kha' dan syaddahnya ya' -lalu berbunyi:
Ukhayya.
263. Dari Sahl bin
Sa'ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya dan orang yang
memelihara anak yatim itu dalam syurga seperti ini." Beliau mengisyaratkan
dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dan merenggangkan antara keduanya itu."
(Riwayat Bukhari) Kafilul yatim ialah orang yang menanggung segala perkara yang
diperlukan oleh anak yatim -baik makan, minum, kediaman, pakaian dan
pendidikannya, juga lain-lainnya pula.
264. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Pemelihara anak yatim,
baik miliknya sendiri atau milik lainnya, saya -Nabi s.a.w.- dan ia adalah
seperti kedua jari ini di dalam syurga." Yang merawikan hadits ini yakni Malik
bin Anas mengisyaratkan dengan menggunakan jari telunjuk serta jari tengahnya.
(Riwayat Muslim) Sabda Nabi s.a.w. Alyatim iahu au lighairihi, artinya ialah
yang masih termasuk keluarganya atau yang termasuk orang lain. Yang masih
keluarganya seperti anak yatim yang dipelihara oleh ibunya, neneknya, saudaranya
atau lain-lainnya orang yang masih ada kekeluargaan dengannya. Wallahu
a'lam.
265. Dari Abu
Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukannya orang miskin
itu orang yang ditolak oleh orang lain ketika meminta sebiji atau dua biji
kurma, atau ketika meminta sesuap atau dua suap makanan. Tetapi sesungguhnya
orang miskin yang sebenar-benarnya ialah orang yang enggan meminta-minta
-sekalipun sebenarnya ia membutuhkan-." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat kedua
kitab Shahih Bukhari dan Muslim itu disebutkan pula demikian: Nabi s.a.w.
bersabda: "Bukannya orang miskin itu orang yang berkeliling menemui orang-orang
banyak, lalu ditolak ketika meminta sesuap dua suap makanan atau sebiji dua biji
kurma, tetapi orang miskin yang sebenar-benarnya ialah orang yang tidak
mempunyai kekayaan untuk mencukupi kebutuhannya, tidak pula diketahui
kemiskinannya, sebab andaikata diketahui tentu ia akan diberi sedekah, bahkan
tidak pula ia suka berdiri lalu meminta-minta sesuatu kepada orang-orang."
266. Dari Abu
Hurairah r.a. juga dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Orang yang berusaha untuk
kepentingan seorang janda atau orang miskin itu seperti orang yang berjihad
fisabilillah," dan saya -yang merawikan Hadits ini- mengira bahwa beliau s.a.w.
juga bersabda: "Dan seperti pula seorang yang melakukan shalat malam yang tidak
pernah letih -yakni setiap malam melakukannya, juga seperti orang berpuasa yang
tidak pernah berbuka -yakni berpuasa terus setiap harinya-." (Muttafaq
'alaih)
267. Dari Abu
Hurairah r.a. lagi dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Seburuk-buruk makanan ialah
makanan walimah yang tercegah -yakni tidak diundang- orang yang ingin
mendatanginya yaitu kaum fakir miskin, sebab membutuhkannya, tetapi diundanglah
orang yang tidak ingin mendatanginya -yaitu kaum kaya raya sebab sudah sering
makan yang enak-enak. Namun demikian barangsiapa yang tidak mengabulkan undangan
walimah -pengantin- itu, maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan RasulNya."
(Riwayat Muslim) Dalam riwayat kedua kitab shahih Bukhari dan Muslim juga
disebutkan demikian yaitu dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda:
"Sejelek-jelek makanan ialah makanan walimah yang diundanglah ke situ
orang-orang kaya dan ditinggalkanlah orang-orang fakir miskin."
268. Dari Anas r.a.
dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa yang menanggung segala keperluan dua
gadis -dan mencukupkan makan minumnya, pakaiannya, pendidikannya, dan lain-lain-
sampai keduanya meningkat usia baligh, maka ia datang pada hari kiamat, saya
-Nabi Muhammad s.a.w.- dan ia adalah seperti kedua jari ini dan beliau
mengumpulkan jari-jarinya." (Riwayat Muslim) Jariyataini yakni dua jariah
artinya dua orang anak perempuan.
269. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya: "Ada seorang wanita masuk ke tempatku dan beserta
wanita itu ada dua anak gadisnya. Wanita itu meminta sesuatu, tetapi tidak
menemukan sesuatu apapun di sisiku selain sebiji kurma saja, kemudian itulah
yang kuberikan padanya, lalu wanita tadi membaginya menjadi dua untuk kedua
anaknya itu, ia sendiri tidak makan sedikitpun dari kurma tersebut. Selanjutnya
ia berdiri lalu keluar. Nabi s.a.w. kebetulan masuk di tempatku pada waktu itu,
lalu saya beritahukanlah hal tadi. Beliau s.a.w. terus bersabda: "Barangsiapa
yang diberi cobaan sesuatu dari gadis-gadis seperti ini, lalu berbuat baik
kepada mereka, maka gadis-gadis itulah yang akan menjadi tabir untuknya dari
siksa neraka." (Muttafaq 'alaih)
270. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha pula, katanya: "Saya didatangi oleh seorang wanita miskin yang
membawa kedua anak gadisnya, lalu saya memberikan makanan kepada mereka itu
berupa tiga biji buah kurma. Wanita itu memberikan setiap sebiji kurma itu
kepada kedua anaknya. Seorang dapat sebuah dan sebuah lagi diangkatnya ke
mulutnya -hendak dimakan sendiri-. Tiba-tiba kedua anaknya itu meminta supaya
diberikan saja yang sebuah itu untuk mereka makan pula lalu wanita tadi memotong
buah kurma yang hendak dimakan itu menjadi dua buah dan diberikan pada kedua
anaknya. Keadaan wanita itu amat mengherankan saya, maka saya beritahukan apa
yang diperbuat wanita itu kepada Rasulullah s.a.w., kemudian beliau bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk wanita itu akan masuk syurga karena
kelakuannya tadi dan akan dimerdekakan pula dari siksa neraka." (Riwayat
Muslim)
271. Dari Abu
Syuraih, yaitu Khuwailid bin 'Amr al-Khuza'i r.a., katanya: "Nabi s.a.w.
bersabda: "Sesungguhnya saya sangat memberatkan dosa -yakni termasuk dosa yang
berat- orang yang menyia-nyiakan haknya dua golongan yang lemah, yaitu anak
yatim dan perempuan." Ini adalah hadits hasan yang diriwayatkan oleh an-Nasa'i
dengan isnad yang baik. Makna Uharriju ialah aku menganggap dosa dan maksudnya
berdosa bagi orang yang menyia-nyiakan haknya kedua macam orang di atas yakni
anak yatim dan wanita, juga aku takut-takuti dengan sesangat-sangatnya orang
yang melakukan sedemikian itu, bahkan kularang benar-benar, jangan sekali-kali
dipermainkan hak-hak mereka itu.
272. Dari Mus'ab
bin Sa'ad bin Abu Waqqash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Sa'ad merasa bahwasanya
ia memiliki kelebihan keutamaan dari orang-orang yang sebawahnya, kemudian Nabi
s.a.w. bersabda: "Bukankah engkau semua tidak akan memperoleh pertolongan atau
rezeki melainkan dengan sebab usaha dari orang-orang yang lemah dari kalanganmu
semua itu." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai hadits mursal, sebab
sebenarnya Mus'ab bin Sa'ad itu adalah seorang Tabi'in. Hadits ini juga
diriwayatkan oleh al-Hafizh Abu Bakar al-Barqani dalam kitab shahihnya sebagai
Hadis muttashil dari Mus'ab dari ayahnya r.a.
273. Dari
Abuddarda', yaitu 'Uwaimir r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Carilah untukmu orang-orang yang lemah, sebab sesungguhnya engkau
semua diberi rezeki serta pertolongan dengan sebab orang-orang yang lemah di
kalangan engkau semua itu." Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad yang
baik.
Keterangan:Hadis di atas menurut riwayat Imam an-Nasa'i berbunyi: "Sesungguhnya umat ini dapat memperoleh pertolongan -Allah Ta'ala- dengan sebab kaum yang lemah dari golongan mereka -kaum Muslimin-." Mengapa demikian? Dalam penafsirannya disebutkan bahwa kaum yang dha'if, lemah dan dipandang tidak berharga oleh umumnya masyarakat itulah yang justru banyak yang dikabulkan doanya, karena mereka ikhlas dalam berdoa dan lebih khusyu' dalam mengerjakan ibadah karena hati mereka sudah kosong sama sekali dari pemikiran perihal keduniawiyahan, sebab memang tidak memiliki kelebihan-kelebihan. Oleh sebab itu kita yang dari golongan berada, apalagi yang hartawan, jangan sekali-kali menganggap hina dina kepada mereka itu, sebab kefakiran dan kelemahan dalam hal harta benda itu memang bukan suatu cela. Mereka seyogyanya kita tolong sesuai dengan kemampuan kita, agar suka membantu kita berdoa untuk memperoleh rezeki yang halal. Mereka tentu suka mendoakan orang yang kasih sayang kepada mereka, sebab kalau ada rezeki yang kita peroleh, merekapun pasti akan merasakan bagiannya. Jadi sebagaimana orang yang tegap dan kuat merasa memiliki kelebihan dengan keberaniannya, maka kaum yang lemah itupun memiliki kelebihan di sisi Allah Ta'ala dengan doa yang mereka panjatkan yang mustajab (terkabul) kehadhirat Allah serta dengan keikhlasannya.
Keterangan:Hadis di atas menurut riwayat Imam an-Nasa'i berbunyi: "Sesungguhnya umat ini dapat memperoleh pertolongan -Allah Ta'ala- dengan sebab kaum yang lemah dari golongan mereka -kaum Muslimin-." Mengapa demikian? Dalam penafsirannya disebutkan bahwa kaum yang dha'if, lemah dan dipandang tidak berharga oleh umumnya masyarakat itulah yang justru banyak yang dikabulkan doanya, karena mereka ikhlas dalam berdoa dan lebih khusyu' dalam mengerjakan ibadah karena hati mereka sudah kosong sama sekali dari pemikiran perihal keduniawiyahan, sebab memang tidak memiliki kelebihan-kelebihan. Oleh sebab itu kita yang dari golongan berada, apalagi yang hartawan, jangan sekali-kali menganggap hina dina kepada mereka itu, sebab kefakiran dan kelemahan dalam hal harta benda itu memang bukan suatu cela. Mereka seyogyanya kita tolong sesuai dengan kemampuan kita, agar suka membantu kita berdoa untuk memperoleh rezeki yang halal. Mereka tentu suka mendoakan orang yang kasih sayang kepada mereka, sebab kalau ada rezeki yang kita peroleh, merekapun pasti akan merasakan bagiannya. Jadi sebagaimana orang yang tegap dan kuat merasa memiliki kelebihan dengan keberaniannya, maka kaum yang lemah itupun memiliki kelebihan di sisi Allah Ta'ala dengan doa yang mereka panjatkan yang mustajab (terkabul) kehadhirat Allah serta dengan keikhlasannya.
Catatan
Kaki:
[26] Taqhar, dapat diartikan bersikap kasar atau
menggunakan harta anak yatim itu untuk kepentingannya sendiri dan tidak ada
maksud akan memberikan apabila ia telah dewasa. Adapun Tanhar yang artinya
membentak-bentak, maksudnya ialah orang yang meminta-minta itu jangan ditolak
secara kasar, tetapi berilah atau tolaklah dengan kata-kata yang baik dan
halus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar