web widgets

Sabtu, 14 Februari 2015

Bab 54. Keutamaan Menangis Karena Takut Kepada Allah Ta'ala Dan Karena Rindu PadaNya


Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang beriman itu sama menyungkur dengan dagunya sambil menangis dan al- Quran itu menambah ketundukan mereka." (al-Isra': 109)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Adakah dari pembicaraan -al-Quran- ini engkau semua menjadi heran, lalu engkau semua ketawa dan tidak menangis?" (an-Najm: 59-60)

445. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda kepadaku: "Bacakanlah al-Quran untukku." Saya berkata: "Ya Rasulullah, apakah saya akan membacakan al-Quran itu, sedangkan ia diturunkan atas Tuan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Saya senang kalau mendengarnya dari orang lain." Saya lalu membacakan untuknya surat an-Nisa', sehingga sampailah saya pada ayat -yang artinya-: "Bagaimanakah ketika Kami datangkan kepada setiap umat seorang saksi dan engkau Kami jadikan saksi atas umat ini?" -Surat an-Nisa' 41-. Setelah itu Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sudah cukuplah bacaanmu sekarang." Saya menoleh kepada beliau s.a.w., tiba-tiba kedua mata beliau itu meleleh air matanya." (Muttafaq 'alaih)

446. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. berkhutbah, tidak pernah saya mendengar suatu khutbah pun yang semacam itu -karena amat menakutkan. Beliau s.a.w. bersabda: "Andaikata engkau semua dapat mengetahui apa yang saya ketahui, niscaya engkau semua akan ketawa sedikit dan menangis banyak-banyak." Anas berkata: "Maka para sahabat Rasulullah s.a.w. sama menutupi mukanya sendiri-sendiri dan mereka itu menangis terisak-isak." (Muttafaq 'alaih)

Keterangannya telah lampau dalam bab: Takut.

447. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak akan masuk neraka seorang yang menangis karena takut kepada Allah sehingga susu itu dapat kembali keteteknya -menunjukkan suatu kemustahilan-. Tidak akan berkumpullah debu fisabilillah itu dengan asap neraka Jahanam." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih. Maksudnya debu fisabilillah ialah berjihad memerangi musuh agama Allah sewaktu-waktu untuk mengharapkan keridhaanNya.

448. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada tujuh macam orang yang akan dinaungi oleh Allah dalam naunganNya pada hari yang tiada naungan melainkan naunganNya sendiri -yakni hari kiamat-, yaitu imam -kepala atau pemimpin- yang adil. Pemuda yang tumbuh -sejak kecilnya- dalam beribadah kepada Allah, orang yang hatinya tergantung -sangat memperhatikan- kepada masjid-masjid, dua orang yang saling cinta mencintai karena Allah, keduanya berkumpul atas keadaan sedemikian itu dan keduanya berpisah atas keadaan sedemikian itu pula, lelaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan berparas cantik, lalu ia berkata: "Sesungguhnya saya ini takut kepada Allah," - demikian pula sebaliknya, yaitu wanita yang diajak lelaki lalu bersikap seperti di atas-, juga orang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu disembunyikan sedekahnya itu sehingga seolah-olah tangan kirinya tidak tahu apa yang dinafkahkan oleh tangan kanannya dan orang yang mengingat pada Allah di waktu keadaan sunyi lalu melelehlah airmata dari kedua matanya." (Muttafaq 'alaih)

449. Dari Abdullah bin asy-Syikhkhir r.a., katanya: "Saya mendatangi Rasulullah s.a.w. dan beliau sedang bershalat dan dari dadanya itu terdengar suara bagaikan mendidihnya kuali karena beliau sedang menangis." hadits hasan shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dalam asy-Syamail dengan isnad yang shahih.

450. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada Ubay bin Ka'ab r.a., demikian: "Sesungguhnya Allah Azzawajalla menyuruh padaku supaya saya bacakan untukmu ayat ini -artinya: "Tidaklah akan dapat meninggalkan orang-orang kafir dari ahlul-kitab dan musyrik itu -akan kepercayaannya yang sesat- sampai datang kepada mereka keterangan yang jelas. " (Albayyinah 1-8). Ia berkata: "Apakah Allah menjelaskan namaku pada Tuan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ya." Kemudian Ubay r.a. menangis." (Muttafaq 'alaih) Dalam sebuah riwayat lain disebutkan: "Maka Ubay mulai menangis." -Ubay adalah seorang dari golongan sahabat Anshar-.

Keterangan:
Sebabnya Ubay r.a. menangis ialah karena terharu hatinya, gembira bercampur rasa takut kepada Allah Ta'ala, karena merasa masih kurang kebaktian serta ketaatan yang dilakukan olehnya. Adapun rasa terharunya itu diantaranya disebabkan karena dalam surat "Albayyinah" bagian terakhir dijelaskan bahwa orang-orang semacam sahabat Ubay r.a. itu amat diridhai oleh Allah Ta'ala dan orang itupun benar-benar sudah ridha kepadaNya. Manakala seorang itu telah diridhai oleh Allah, maka tiada lain tempatnya di akhirat nanti, kecuali syurga.

451. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Abu Bakar berkata kepada Umar radhiallahu 'anhuma sesudah wafatnya Rasulullah s.a.w.: "Mari kita bersama-sama berangkat ke tempat Ummu Aiman untuk menziarahinya, sebagaimana halnya Rasulullah s.a.w. juga menziarahinya." Ketika keduanya sampai di tempat Ummu Aiman, lalu wanita ini menangis. Keduanya berkata: "Apakah yang menyebabkan engkau menangis? Tidakkah engkau ketahui bahwasanya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah s.a.w." Ummu Aiman lalu menjawab: "Sesungguhnya saya tidaklah menangis karena saya tidak mengetahui bahwasanya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah s.a.w., tetapi saya menangis ini ialah karena sesungguhnya wahyu itu telah terputus -sebab Nabi s.a.w. telah wafat-." Maka ucapan Ummu Aiman menggerakkan hati kedua sahabat itu untuk menangis. Kemudian keduanya itupun menangis bersama Ummu Aiman. Hadis di atas sudah disebutkan dalam bab: Menziarahi orang-orang ahli kebaikan -lihat hadits no.359.

452. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ketika sudah sangat sakitnya Rasulullah s.a.w., lalu ditanyakan padanya siapa yang akan menjadi imam shalat. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Perintahkanlah pada Abu Bakar, supaya ia bershalat menjadi imam orang-orang banyak!" Aisyah radhiallahu 'anha berkata: "Sesungguhnya Abu Bakar itu adalah seorang lelaki yang lemah, jikalau membaca al-Quran, maka bacaannya terkalahkan oleh tangisnya -sehingga bacaannya tidak jelas-." Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi: "Perintahkanlah pada Abu Bakar supaya bershalat sebagai imam!" Dalam lain riwayat disebutkan: Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata: "Sesungguhnya Abu Bakar itu apabila mengganti kedudukan Tuan -sebagai imam-, ia tidak dapat memperdengarkan suaranya kepada orang-orang banyak sebab tangisnya." (Muttafaq 'alaih)

453. Dari Ibrahim bin Abdur Rahman bin 'Auf, bahwasanya Abdur Rahman bin 'Auf r.a. diberi hidangan makanan, sedangkan waktu itu ia berpuasa, lalu ia berkata: "Mus'ab bin Umair itu terbunuh -fisabilillah. Ia adalah seorang yang lebih baik daripadaku, tetapi tidak ada yang digunakan untuk mengafaninya -membungkus jenazahnya- kecuali selembar burdah. Jikalau kepalanya ditutup, maka tampaklah kedua kakinya dan jikalau kedua kakinya ditutup, maka tampaklah kepalanya. Selanjutnya untuk kita sekarang ini dunia telah dibeberkan seluas-luasnya -banyak rezeki-. Atau ia berkata: "Kita telah dikaruniai rezeki dunia sebagaimana yang kita terima ini -amat banyak sekali-. Kita benar-benar takut kalau-kalau kebaikan-kebaikan kita ini didahulukan untuk kita sekarang -sejak kita di dunia ini-, sedang di akhirat tidak dapat bagian apa-apa." Selanjutnya ia lalu menangis dan makanan itu ditinggalkan. (Riwayat Bukhari)

454. Dari Abu Umamah, yaitu Shuday bin 'Ajlan al-Bahili r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Tiada sesuatupun yang lebih dicintai oleh Allah Ta'ala daripada dua tetesan dan dua bekas. Dua tetesan itu ialah tetesan airmata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang dialirkan fisabilillah. Adapun dua bekas yaitu bekas luka fisabilillah dan bekas dalam mengerjakan kefardhuan dari beberapa kefardhuan Allah Ta'ala -semacam bekas sujud dan lain-lain-." Diriwayatkan Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.


Dalam bab ini masih banyak lagi Hadisnya, diantaranya ialah Hadisnya al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: "Kita semua diberi nasihat oleh Rasulullah s.a.w., yaitu suatu nasihat yang semua hati dapat menjadi takut karenanya dan matapun dapat melelehkan airmata." hadits ini telah lalu dalam bab: Melarang kebid'ahan-kebid'ahan -lihat Hadis no.157 dan 171-.

Bab 53. Mengumpulkan Antara Takut Dan Mengharapkan


Ketahuilah bahwasanya yang terpilih bagi seorang hamba Tuhan dikala ia dalam keadaan sehat ialah supaya ia selalu dalam ketakutan di samping pengharapan kepada Tuhan. Ketakutan serta pengharapannya itu harus sama nilainya. Tetapi dalam keadaan sakit, haruslah ia lebih mengutamakan pengharapannya. Kaedah-kaedah syariat dari nash-nash al-Kitab dan as-Sunnah dan lain-lainnya menampakkan benar-benar keharusan yang sedemikian itu.

Allah Ta'ala berfirman: "Maka tidak akan merasa aman dari tipudaya -yakni siksa- Allah, melainkan kaum yang mendapatkan kerugian." (al-A'raf: 99)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Bahwasanya saya tidak akan berputus asa dari kerahmatan Allah, melainkan orang-orang kafir," (Yusuf: 87)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Pada hari itu -yakni hari kiamat- ada wajah-wajah yang putih -yakni wajah-wajah kaum mu'minin- dan wajah-wajah yang hitam -yakni wajah-wajah kaum kafirin-." (Ali-Imran: 106)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Sesungguhnya Tuhanmu adalah sangat cepat penyiksaanNya dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (al-A'raf: 167)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu dalam syurga Na'im -penuh kenikmatan- dan sesungguhnya orang-orang yang menyeleweng itu dalam neraka Jahim -penuh kenistaan-." (al-Infithar: 13-14)

Juga Allah Ta'ala berfirman: "Maka barangsiapa yang berat timbangan amal kebaikannya, maka ia adalah dalam kehidupan yang menyenangkan. Tetapi barangsiapa yang ringan timbangan amal kebaikannya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah." (al-Qari'ah: 6-9)

Ayat-ayat yang semakna dengan di atas itu amat banyak sekali. Maka terkumpullah di dalamnya ketakutan dan pengharapan dalam dua ayat secara bersambungan atau dalam beberapa ayat atau bahkan dalam satu ayat saja.

442. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Andaikata seorang mu'min itu mengetahui bagaimana keadaan siksa yang ada di sisi Allah, tentu tidak seorangpun akan loba dengan syurgaNya. Tetapi andaikata seorang kafir itu mengetahui bagaimana besarnya kerahmatan yang ada di sisi Allah, tentu tidak seorangpun yang akan berputus asa untuk dapat memasuki syurgaNya." (Riwayat Muslim)

443. Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila jenazah itu telah diletakkan -dalam usungan- dan orang-orang lelaki membawanya di atas leher-lehernya -diangkat ke kubur-, maka jikalau jenazah itu shalih, ia berkata: "Dahulukanlah aku, dahulukanlah aku," -yakni segerakan ditanam karena sudah amat rindu pada kerahmatan serta kenikmatan dalam kubur-. Tetapi jikalau jenazah itu bukan shalih, maka iapun berkata: "Aduhai celakanya tubuhku, ke mana engkau semua membawa tubuhku ini." Suara jenazah itu dapat didengar oleh segala benda, melainkan manusia, sebab andaikata ia mendengarnya, tentulah ia akan mati sekali."[47](Riwayat Bukhari)

44. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepadaku: "Syurga itu lebih dekat dari seorang diantara engkau semua daripada tali terompah -sandal-nya dan nerakapun demikian pula." (Riwayat Bukhari)

Keterangan:
Menilik hadits ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hanya ketaatan kepada Allah Ta'ala itu sajalah yang dapat menyampaikan seorang ke syurga, sedang kemaksiatan adalah mendekatkannya menuju ke neraka. Masing-masing dari keduanya, baikpun ketaatan ataupun kemaksiatan itu dapat berlaku atau terlaksana dalam segala sesuatu sekalipun tampaknya amat kecil dan tidak berarti, namun semua amalan itu pasti ada nilainya di sisi Allah, yakni penilaian berupa pahala untuk ketaatan dan siksa untuk kemaksiatan.

Catatan Kaki:

[47] Sebabnya mati sekali ialah karena sangat kerasnya suara atau karena dahsyatnya apa yang dilihat oleh mayat tadi perihal bencana dan malapetaka yang diteriakkan olehnya.


Bab 52. Keutamaan Mengharapkan


Allah Ta'ala berfirman dalam mengabarkan perihal hambaNya yakni Nabi Shalih, yaitu: "Dan saya -Nabi Shalih- menyerahkan urusanku kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat keadaan hamba-hamba. Maka Allah melindunginya dari kejahatan-kejahatan tipu daya mereka itu." (Ghafir: 44-45)

439. Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Allah Azzawajalla berfirman -dalam hadits Qudsi-: "Aku adalah menurut sangkaan hambaKu dan Aku akan selalu besertanya selama ia mengingat padaKu. Demi Allah, sesungguhnya Allah itu lebih gembira kepada taubatnya seorang hambaNya daripada seorang diantara engkau semua yang menemukan sesuatu bendanya yang telah hilang di padang yang luas. Barangsiapa yang mendekat padaKu dalam jarak sejengkal, maka Aku mendekat padanya dalam jarak sehasta dan barangsiapa yang mendekat padaKu dalam jarak sehasta, maka Aku mendekat padanya dalam jarak sedepa. Jikalau hambaKu itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-gegas." (Muttafaq 'alaih) Ini disebutkan dalam salah satu riwayat Imam Muslim. Tentang sejarahnya sudah diuraikan di muka dalam bab yang sebelum ini -lihat hadits no.412-. Diriwayatkan pula dalam kedua kitab shahih "wa ana ma'ahu bina yadzkuruni", dengan nun, sedang dalam riwayat di atas dengan kata haitsu dengan menggunakan tsa'. Keduanya adalah shahih.

440. Dari Jabir r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w., sebelum wafatnya kurang tiga hari pernah bersabda: "Janganlah seseorang dari engkau semua itu meninggal dunia, melainkan ia harus memperbaguskan sangkaannya -berbaik sangka- kepada Allah Azzawajalla." (Riwayat Muslim)


441. Dari Anas r.a., katanya: "Saya mendengarkan Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Ta'ala berfirman -dalam hadits Qudsi-: "Hai anak Adam -yakni manusia-, sesungguhnya engkau itu selama suka berdoa dan mengharapkan kerahmatanKu, maka pastilah Aku memberikan pengampunan padamu atas segala dosa yang ada padamu dan Aku tidak peduli -betapa banyaknya- Hai anak Adam, andaikata dosa-dosamu itu telah mencapai setinggi langit -karena sangat banyaknya-, kemudian engkau memohonkan pengampunan padaKu, pasti Aku mengampuninya. Hai anak Adam, andaikata engkau datang padaku dengan membawa kesalahan hampir sepenuh bumi, kemudian engkau menemui Aku, asalkan engkau tidak menyekutukan sesuatu denganKu, pastilah Aku akan mendatangimu dengan membawa pengampunan hampir sepenuh bumi itu pula." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. 'Ananas sama-i dengan fathahnya 'ain, dikatakan bahwa maknanya itu ialah apa-apa yang tampak padamu dari pandangan langit itu jikalau engkau mengangkat kepalamu, ada pula yang mengatakan bahwa artinya itu ialah mega. Qurabui ardhi dengan dhammahnya qaf dan ada yang mengatakan dengan kasrahnya qaf, artinya ialah sesuatu yang hampir memenuhi bumi itu. Wallahu alam.