341. Dari Ibnu Umar
radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya suatu
kebaktian yang terbesar kebaktiannya ialah jikalau seorang itu menghubungi
-yakni mempererat hubungan- kepada sahabat ayahnya." Dari Abdullah bin Umar
radhiallahu 'anhuma bahwasanya ada seorang lelaki dari golongan A'rab -golongan
Arab yang berdiam di pedalaman- bertemu dengannya di suatu jalanan Makkah, lalu
Abdullah bin Umar mengucapkan salam padanya dan dibawanya menaiki keledai yang
dinaikinya sendiri, juga orang itu diberi sorban yang melilit di kepalanya. Ibnu
Dinar berkata: "Kita berkata kepadanya: "Semoga Allah memberikan kebaikan
padamu, sesungguhnya itu adalah orang A'rab dan orang-orang A'rab itu rela
dengan apa-apa yang remeh." Lalu Abdullah bin Umar menjawab: "Sesungguhnya
ayahnya orang ini adalah kecintaan Umar bin Al khaththab -ayahnya sendiri- r.a.,
sedangkan saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya
kebaktian yang terbesar kebaktiannya ialah jikalau seorang itu menghubungi
-mempereratkan hubungan- kepada sahabat ayahnya." Dalam riwayat lain dari Ibnu
Dinar dari Ibnu Umar radhiallahu anhum, bahwasanya ia keluar ke Makkah. Ia
mempunyai seekor keledai dan mengasuhkan diri sambil naik di atasnya, jikalau ia
sudah bosan naik unta. Ia juga mempunyai sorban yang diikatkan pada kepalanya.
Pada suatu hari ketika ia menaiki keledainya, tiba-tiba berlalulah di mukanya
itu seorang A'rab, kemudian ia bertanya: "Bukankah Anda itu si Fulan anak si
Fulan itu?" Ia menjawab: "Benar." Orang itu lalu diberi olehnya keledai dan
berkata: "Naikilah ini." Juga diberi selembar sorban dan berkata: "Ikatlah
kepalamu dengan sorban ini." Sebagian sahabat Abdullah bin Umar lalu berkata:
"Semoga Allah mengampuni untukmu. Engkau telah memberikan kepada orang A'rab ini
seekor keledai yang engkau gunakan untuk mengistirahatkan diri, juga engkau beri
selembar sorban yang engkau ikatkan di kepalamu," Abdullah lalu menjawab:
"Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya
tergolong sebesar-besar kebaktian ialah jikalau seorang itu menghubungi
-mempereratkan hubungan- kepada kekasih ayahnya, setelah ayahnya itu meninggal
dunia." Sesungguhnya ayahnya orang A'rab itu adalah sahabat dari Umar r.a.
-yakni ayahnya Abdullah-. Yang meriwayatkan semua Hadits-hadits di atas itu
adalah Imam Muslim.
342. Dari Abu Usaid
-dengan dhammahnya hamzah dan fathahnya sin- yaitu Malik bin Rabi'ah as-Sa'idi
r.a., katanya: "Pada suatu ketika kita semua duduk-duduk di sisi Rasulullah
s.a.w., tiba-tiba datanglah kepadanya seorang lelaki dari Bani Salamah. Orang
itu bertanya: "Ya Rasulullah, apakah masih ada sesuatu amalan yang dapat saya
amalkan sebagai kebaktian saya kepada dua orang tuaku setelah keduanya meninggal
dunia?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, masih ada. Yaitu mendoakan keselamatan
untuk keduanya, memohonkan pengampunan kepadanya, melaksanakan janji kedua orang
itu setelah wafatnya, mempereratkan hubungan kekeluargaan yang tidak dapat
dihubungi kecuali dengan adanya kedua orang tua itu serta memuliakan
sahabatnya." (Riwayat Abu Dawud)
343. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya: "Saya tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari
semua istri-istri Nabi s.a.w. sebagaimana cemburu saya kepada Khadijah, padahal
saya tidak pernah melihatnya sama sekali, tetapi Nabi s.a.w. memperbanyak
menyebutkannya -yakni sering-sering disebut-sebutkan kebaikannya-. Kadang-kadang
Nabi s.a.w. menyembelih kambing kemudian memotong-motongnya seanggota demi
seanggota, kemudian dikirimkanlah kepada kawan-kawan Khadijah itu. Kadang-kadang
saya juga berkata kepada Nabi s.a.w. itu: "Seolah-olah tidak ada wanita lain di
dunia ini melainkan Khadijah." Beliau s.a.w. lalu menjawab: "Sesungguhnya
keadaannya adalah sebagaimana yang ada itu dan memang dari dialah saya
mendapatkan anak." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: "Beliau
s.a.w. jika menyembelih kambing, lalu tentu menghadiahkan kepada sahabat-sahabat
Khadijah dengan sebagian dari kambing itu, seberapa yang cukup untuk diberikan."
Dalam riwayat lain lagi disebutkan: "Rasulullah s.a.w. jikalau menyembelih
kambing, lalu bersabda: "Kirimkanlah yang ini kepada kawan-kawan Khadijah." Lagi
dalam sebuah riwayat disebutkan: "Halah binti Khuwailid yaitu saudarinya
Khadijah meminta izin untuk menemui Rasulullah s.a.w., kemudian beliau mengingat
Khadijah ketika saudarinya itu meminta izin menemuinya -sebab suaranya serupa
benar dengan suara Khadijah dan ini mengingatkan benar-benar pada beliau s.a.w.
pada zaman yang lampau semasih bergaul sebagai suami istri-. Kemudian beliau
s.a.w. memperhatikan -bergembira- sekali untuk menemuinya itu dan bersabda: "Ya
Allah, ini adalah Halah binti Khuwailid." Ucapannya: Fartaha dengan menggunakan
ha' dan dalam Aljam'u bainas shahihain oleh Humaidi disebutkan: Farta'a dengan
menggunakan 'ain, artinya ialah memperhatikan padanya. Kalau fartaha artinya
menjadi gembira.
344. Dari Anas bin
Malik r.a., katanya: "Saya keluar bersama Jarir bin Abdullah Albajili r.a. dalam
suatu berpergian. Jarir -yang usianya lebih tua dari Anas r.a.- selalu melayani
saya, lalu saya berkata padanya: "Jangan berbuat demikian itu -yakni melayani
saya-." Kemudian ia berkata: "Sesungguhnya saya telah melihat kaum Anshar
melakukan sesuatu untuk Rasulullah s.a.w., maka saya bersumpah tidak akan
mengawani seorang pun dari kaum Anshar itu, melainkan saya akan melayaninya."
[33] (Muttafaq
'alaih)
Catatan
Kaki:
[33] Maksudnya untuk memuliakan
Nabi s.a.w.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar