Allah Ta'ala
berfirman: "Katakanlah -wahai Muhammad-, jikalau engkau semua mencintai Allah,
maka ikutilah saya, tentu engkau semua dicintai oleh Allah, serta Allah
mengampuni dosamu semua dan Allah itu adalah Maha Pengampun lagi Penyayang."
(Ali-Imran: 31)
Allah Ta'ala
berfirman pula: "Hai sekalian orang yang beriman, siapa yang bermurtad dari
agamanya, maka Allah akan mendatangkan kaum yang dicintai olehNya dan merekapun
mencintaiNya. Mereka itu bersikap lemah lembut kepada kaum mu'minin dan bersikap
keras terhadap kaum kafirin. Mereka berjihad fisabilillah dan tidak takut celaan
orang yang suka mencela. Demikian itulah keutamaan Allah, dikurniakan olehNya
kepada siapa yang dikehendakiNya dan Allah adalah Maha Luas KaruniaNya serta
Maha Mengetahui." (al-Maidah: 54)
385. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala
berfirman -dalam hadits Qudsi: "Barangsiapa yang memusuhi kekasihKu, maka Aku
memberitahukan padanya bahwa ia akan Kuperangi -Kumusuhi. Tidaklah seorang
hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat Kucintai lebih daripada
apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Tidaklah seorang
hambaKu itu mendekat padaKu dengan melakukan hal-hal yang sunnah, sehingga
akhirnya Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Akulah
telinganya yang ia pakai untuk mendengarkan, Akulah matanya yang ia pakai untuk
melihat, Akulah tangannya yang ia pakai untuk mengambil dan Aku pulalah kakinya
yang ia pakai untuk berjalan. Jikalau ia meminta sesuatu padaKu, pasti Kuberi
dan jikalau ia mohon perlindungan padaKu, pasti Kulindungi." (Riwayat Imam
Bukhari) Makna lafaz Aadzantuhu artinya: "Aku (Tuhan) memberitahukan kepadanya
(yakni orang yang mengganggu kekasihKu itu) bahwa aku memerangi atau
memusuhinya, sedang lafaz Ista'aadzanii, artinya "Ia memohonkan perlindungan
padaKu." Ada yang meriwayatkan dengan ba', lalu berbunyi Ista-aadza bii dan ada
yang meriwayatkan dengan nun, lalu berbunyi Ista-aadzanii.
Keterangan:
Hadis sebagaimana
di atas itu sudah tercantum dalam no.85 dengan uraian sekadarnya. Namanya hadits
Qudsi yakni yang menyatakan firman-firman Allah selain yang tercantum dalam
al-Quran. Dalam hadits ini dijelaskan betapa tingginya derajat seseorang itu
apabila telah diakui sebagai kekasih oleh Allah Ta'ala atau yang lazim disebut
waliyullah. Banyak orang yang salah pengertian perihal siapa yang dapat disebut
waliyullah itu. Sebagian ada yang mengatakan bahwa waliyullah ialah semacam
dukun yang dapat menyembuhkan beberapa orang sakit atau yang dapat meneka nasib
seorang dikemudian harinya, atau orang yang tidak mudah ditemui karena selalu
menghilang-hilang saja dan siapa yang ditemui olehnya adalah orang yang bahagia,
dan bahkan ada yang mengatakan bahwa waliyullah itu tidak perlu bershalat dan
berpuasa sebab sudah menjadi kekasih Allah. Persangkaan bagaimana di atas itu
tidak benar, sebab memang tidak sedemikian itu sifatnya waliyullah. Maka yang
lebih dulu perlu kita ketahui ialah: Siapakah yang sebenarnya dapat disebut
waliyullah atau kekasih Allah itu? Jawabnya: Dalam al-Quran, Allah berfirman:
"Tidak ada yang dianggap sebagai kekasih Allah, melainkan orang-orang yang
bertaqwa kepadaNya." Alangkah ringkasnya pengertian waliyullah itu, tetapi
benar-benar dapat menyeluruhi semua keadaan. Kalau ada pengertian waliyullah
selain yang difirmankan oleh Allah sendiri itu, jelaslah bahwa itu hanyalah
penafsiran manusia sendiri dan tidak berdasarkan kepada agama Islam sama sekali.
Waliyullah yang berupa orang-orang yang bertaqwa kepada Allah itulah yang
dijamin oleh Allah akan mendapatkan perlindungan dan penjagaanNya selalu dan
siapa saja yang hendak memusuhinya, pasti akan ditumpas oleh Allah, sebab Allah
sendiri menyatakan permusuhan terhadap orang tadi. Sekarang bagaimanakah taraf
pertamanya agar supaya kita dikasihi oleh Allah? Jawabnya: Mendekatkan
(bertaqarrublah) kepada Allah dengan penuh melakukan segala yang difardhukan
(diwajibkan). Inilah cara taqarrub yang sebaik-baiknya dalam taraf permulaan.
Kemudian sempurnakanlah taqarrub kepada Allah Ta'ala itu dengan jalan melakukan
hal-hal yang sunnah-sunnah. Kalau ini telah dilaksanakan, pastilah Allah akan
menyatakan kecintaanNya. Selanjutnya, apabila seorang itu telah benar-benar
bertaqarrub kepada Allah dan Allah sudah mencintainya, maka baik pendengarannya,
penglihatannya, tindakan tangan dan kakinya semuanya selalu mendapatkan petunjuk
dari Allah, selalu diberi bimbingan dan hidayat serta pertolongan oleh Allah.
Bahkan Allah menjanjikan kalau orang itu meminta apa saja, pasti dikabulkanNya,
mohon perlindungan dari apa saja, pasti dilindungiNya. Dengan demikian, maka
seringkali timbullah beberapa macam karamah dengan izin Allah. Karamah ialah
sesuatu yang tampak luar biasa di mata umum yang dapat dilakukan oleh seorang
waliyullah itu, semata-mata sebagai suatu kemuliaan atau penghargaan yang
dikurniakan oleh Allah kepadanya. Tetapi ingatlah bahwa tidak seorang waliyullah
pun yang dapat mengetahui bahwa dirinya itu menjadi waliyullah. Kalau seorang
sudah mengatakan sendiri bahwa dirinya itu waliyullah, jelaslah bahwa ia telah
tertipu oleh anggapan atau persangkaannya sendiri dan sudah pasti ia telah
tertipu oleh ajakan syaitan yang menyesatkan. Selain itu, bagaimana juga hal
ihwal dan keadaan seorang waliyullah itu, pasti ia tidak dapat mengetahui
hal-hal yang ghaib, misalnya mengetahui apa yang tersimpan dalam hati orang
lain, mengetahui nasib orang di kemudian harinya, kaya miskinnya dan lain-lain
lagi. Dalam al-Quran, Allah berfirman: "Allah yang Maha Mengetahui perkara
ghaib, maka tidak diberitahukanlah keghaiban-keghaiban itu kepada siapapun jua,
selain kepada Rasul yang dipilih olehNya."
386. Dari Abu
Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jikalau Allah Ta'ala itu
mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril untuk memberitahukan bahwa
Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu -hai Jibril- si Fulan itu.
Jibril lalu mencintainya, kemudian ia mengundang kepada seluruh penghuni langit
memberitahukan bahwa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua -hai
penghuni-penghuni langit- si Fulan itu. Para penghuni langitpun lalu
mencintainya. Setelah itu diletakkanlah penerimaan baginya -yang dimaksudkan
ialah kecintaan padanya- di kalangan penghuni bumi." (Muttafaq 'alaih) Dalam
riwayat Imam Muslim disebutkan: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah
Ta'ala apabila mencintai seorang hamba, lalu memanggil Jibril kemudian
berfirman: "Sesungguhnya Saya mencintai si Fulan, maka cintailah ia." Jibril
lalu mencintainya. Seterusnya Jibril memanggil pada seluruh penghuni langit lalu
berkata: "Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua si
Fulan itu." Orang itupun lalu dicintai oleh para penghuni langit. Selanjutnya
diletakkanlah penerimaan -kecintaan- itu baginya dalam hati para penghuni bumi.
Dan jikalau Allah membenci seorang hamba, maka dipanggillah Jibril lalu
berfirman: "Sesungguhnya Saya membenci si Fulan itu, maka bencilah engkau
padanya." Jibril lalu membencinya, kemudian ia memanggil semua penghuni langit
sambil berkata: "Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah engkau
semua padanya." Selanjutnya diletakkanlah rasa kebencian itu dalam hati para
penghuni bumi."
387. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan seorang untuk
memimpin sepasukan tentara ke medan peperangan. Orang itu suka benar membaca
untuk kawan-kawannya dalam shalat mereka dengan Qulhu wallahu ahad -surat
Al-Ikhlash- sebagai penghabisan bacaannya. Setelah mereka kembali, hal itu
mereka sampaikan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: "Coba
tanyakanlah pada orang itu, mengapa melakukan yang semacam itu?" Mereka sama
bertanya padanya, kemudian orang itu menjawab: "Sebab itu adalah sifatnya Allah
yang Maha Penyayang, maka dari itu saya senang sekali membacanya." Maka
bersabdalah Rasulullah s.a.w. -setelah diberitahu jawaban orang itu-:
"Beritahukanlah padanya bahwasanya Allah Ta'ala mencintainya." (Muttafaq
'alaih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar