web widgets

Rabu, 03 Februari 2016

Bab 64. Keutamaan Orang Kaya Yang Bersyukur, Yakni Orang Yang Mengambil Harta Dari Arah Yang Diridhai Dan Membelanjakannya Ke Arah-arah Yang Diperintahkan

Allah Ta'ala berfirman: "Maka barangsiapa memberi -untuk kebaikan- dan bertaqwa, serta membenarkan -mempercayai- apa-apa yang baik, maka Kami akan memudahkan padanya untuk menempuh jalan yang mudah -yaitu mengerjakan kebaikan, keimanan dan akhirnya ke syurga-." (al-Lail: 5-7)

Allah Ta'ala berfrman pula: "Dan akan dihindarkan dari neraka itu orang yang bertaqwa, yang memberikan hartanya -untuk kebaikan-, agar menjadi bersih -jiwanya-. Dan tiada seorangpun dari kenikmatan yang ada padanya akan diberi pembalasan, melainkan karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan orang itu nantinya akan lega." (al-Lail: 17-21)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Jikalau engkau semua memberikan sedekah dengan terang-terangan, maka itu adalah baik, tetapi jikalau engkau semua menyembunyikannya -yakni tidak dengan cara terang-terangan dilihat orang lain-, kepada orang-orang fakir, maka hal itu adalah lebih baik lagi untukmu semua dan dapat menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahanmu dan Allah adalah Maha mengetahui apa-apa yang engkau semua lakukan." (al-Baqarah: 271)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Tidak sekali-kali engkau semua akan memperoleh kebajikan sehingga engkau semua suka menafkahkan sebagian dari apa yang engkau semua cintai. Dan apa saja yang engkau semua nafkahkan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahuinya." (Ali-Imran: 92)

Ayat-ayat yang menerangkan keutamaan bernafkah dalam berbagai ketaatan itu banyak sekali dan dapat dimaklumi.

569. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada kehasudan -iri- yang dibolehkan melainkan dalam dua macam perkara, yaitu: Seseorang yang dikaruniai oleh Allah akan harta, kemudian ia mempergunakan guna menafkahkannya itu untuk apa-apa yang hak -kebenaran- dan seseorang yang dikaruniai oleh Allah akan ilmu pengetahuan, kemudian ia memberikan keputusan dengan ilmunya itu -antara dua orang atau dua golongan yang berselisih- serta mengajarkannya pula." (Muttafaq 'alaih)

Keterangan hadits di atas baru saja diuraikan di muka -lihat hadits no.542-.

570. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Tiada kehasudan -iri- yang dibolehkan, melainkan dua macam perkara, yaitu: seorang yang dikaruniai oleh Allah kepandaian dalam al-Quran -membaca, mengartikan dan lain-lain-, kemudian ia suka shalat dengan membaca al-Quran itu pada waktu malam dan siang, juga seorang yang dikarunia oleh Allah akan harta lalu ia menafkahkannya pada waktu malam dan siang." (Muttafaq 'alaih)


571. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya kaum fakir dari golongan sahabat-sahabat Muhajirin sama mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu mereka berkata: "Orang-orang yang berharta banyak itu sama pergi -yakni meninggal dunia- dengan membawa derajat yang tinggi-tinggi serta kenikmatan yang kekal." Rasulullah s.a.w. bertanya: "Mengapa demikian?" Orang-orang itu menjawab: "Karena mereka dapat shalat sebagaimana kita juga shalat, mereka berpuasa sebagaimana kita berpuasa, mereka bersedekah, sedangkan kita tidak dapat bersedekah dan sedangkan mereka dapat memerdekakan -hamba sahaya- dan kita tidak dapat memerdekakan itu." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sukakah engkau semua saya beritahukan akan sesuatu amalan yang dengannya itu engkau semua dapat mencapai pahala orang yang mendahuluimu dan pula dapat mendahului orang yang sesudahmu. Juga tiada seorangpun yang menjadi lebih utama daripadamu semua, melainkan orang yang mengerjakan sebagaimana amalan yang engkau semua lakukan ini?" Para sahabat menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah." Beliau kemudian bersabda lagi: "Bacalah tasbih -Subhanallah-, takbir -Allah Akbar- dan tahmid -Alhamdulillah- setiap selesai shalat sebanyak tiga puluh tiga kali masing-masing." Selanjutnya kaum fakir dari golongan sahabat Muhajirin itu kembali mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu mereka berkata: "Saudara-saudara kita golongan yang hartawan-hartawan itu telah mendengar mengenai apa yang kita kerjakan ini, oleh sebab itu merekapun mengerjakan sebagai yang kita lakukan itu." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Yang sedemikian itu adalah keutamaan Allah yang dlkaruniakan oleh Nya kepada siapa saja yang dikehendaki." (Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaz riwayat Imam Muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar