web widgets

Minggu, 07 Februari 2016

Bab 75. Memaafkan Dan Tidak Menghiraukan Orang-orang Yang Bodoh

Allah Ta'ala berfirman: "Berilah pengampunan, perintahlah kebaikan dan janganlah engkau menghiraukan kepada tindakan orang-orang yang bodoh." (al-A'raf: 199)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Berilah orang-orang itu maaf yang baik." (al-Hijr: 85)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Hendaklah mereka memberikan pengampunan dan kelapangan dada. Tidakkah engkau semua senang jikalau Allah memberikan pengampunan pula kepadamu?" (an-Nur: 22)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Dan orang-orang yang suka memaafkan kepada orang banyak dan Allah itu mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (Ali-Imran: 134)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan niscayalah orang yang berhati sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya hal yang sedemikian itu adalah termasuk pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dengan keteguhan hati." (as- Syura: 43)

Ayat-ayat dalam bab ini banyak sekali dan dapat dimaklumi.

641. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya ia berkata kepada Nabi s.a.w.: "Adakah pernah datang pada Tuan suatu hari yang lebih sukar penderitaannya daripada hari peperangan Uhud?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, saya benar-benar pernah menemui peristiwa gawat itu dari kaummu. Sesuatu yang saya hadapi yang terberat penderitaannya dari mereka itu ialah pada hari 'Aqabah. Pada suatu ketika saya menawarkan diriku kepada Ibnu Abdi Jalil bin Aban Kulal -salah seorang terkemuka di daerah Thaif- dan kedatangan Nabi s.a.w. ke situ adalah untuk meminta bantuan. Tetapi ia tidak mengabulkan apa-apa yang saya kehendaki. Selanjutnya sayapun berangkatlah -kembali- dan saya dalam keadaan duka cita, tampak di wajahku. Saya tidak sadar dari keadaan sedemikian itu melainkan setelah saya berada di Qarnuts Tsa'alib -nama suatu tempat-. Kemudian saya mengangkat kepalaku, tiba-tiba tampaklah suatu awan yang menaungi diriku. Saya melihat ke atas dan sekonyong-konyong disitu ada Jibril Alaihis-salam. Ia mengundang saya, lalu berkata: "Sesungguhnya Allah Ta'ala telah mendengar perihal pembicaraan kaum Tuan kepada Tuan dan bagaimana cara penolakan mereka atas permintaan Tuan itu. Allah kini mengutus untuk Tuan malaikat penjaga gunung-gunung supaya Tuan dapat menyuruhnya tentang apa saja yang Tuan inginkan." Seterusnya malaikat penjaga gunung-gunung itu mengundang saya, lalu memberi salam terus berkata: "Hai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar apa yang dikatakan oleh kaum Tuan kepada Tuan dan saya adalah malaikat penjaga gunung-gunung. Tuhanku mengutus saya untuk Tuan agar Tuan menyuruh saya dengan mematuhi perintah Tuan. Maka apakah kiranya Tuan suka, sekiranya Tuan menginginkan, jikalau umpamanya saya tutupkan saja atas kaum Tuan itu dua buah gunung ini?" Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Bahkan saya mengharapkan agar Allah mengeluarkan dari tulang rusuk kaumku itu orang yang suka menyembah kepada Allah yang Maha Esa serta tidak menyekutukan sesuatu denganNya." Jadi tawaran malaikat penjaga gunung itu tidak diterima, bahkan mendoakan semoga diantara keturunan kaumnya itu ada yang menjadi orang mu'min dan muslim. (Muttafaq 'alaih) Al-akhsyaban ialah dua gunung yang mengelilingi kota Makkah, sedang al-akhsyab artinya ialah gunung besar.

642. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu sama sekali tidak pernah memukul dengan tangannya, baik terhadap seorang wanita ataupun pelayan, melainkan di waktu beliau s.a.w. sedang berjihad fisabilillah -yakni di medan pertempuran melawan kaum kafir-. Tidak pernah pula beliau s.a.w. itu terkena sesuatu yang menyakiti, lalu memberikan pembalasan kepada orang yang berbuat terhadap beliau itu, kecuali jikalau ada sesuatu dari larangan-larangan Allah dilanggar, maka beliau memberikan pembalasan karena mengharapkan keridhaan Allah Ta'ala." (Riwayat Muslim)

643. Dari Anas r.a., katanya: "Saya berjalan bersama Rasulullah s.a.w. dan beliau mengenakan baju buatan negeri Najran yang kasar tepinya, kemudian beliau disusul oleh seorang A'rab -penduduk negeri Arab bagian pedalaman-, lalu ditariklah selendang beliau itu dengan tarikan yang keras sekali. Saya -Anas- melihat pada tepi leher Nabi s.a.w. dan amat membekas sekali tepi pakaian tadi karena amat sangat ditariknya. Selanjutnya orang A'rab itu berkata: "Ya Muhammad, perintahkanlah untuk memberikan padaku sesuatu dari harta Allah yang ada di sisi Tuan." Nabi s.a.w. lalu menoleh pada orang itu terus ketawa dan selanjutnya menyuruh supaya orang tadi diberi sesuatu pemberian sedekah." (Muttafaq 'alaih)

644. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Seolah-olah -sekarang- saya masih dapat melihat kepada Rasulullah s.a.w. ketika beliau menceritakan seorang Nabi dari para Nabi-nabi shalawatullah wasalamuhu'alaihim, yaitu ketika Nabi tadi dipukul oleh kaumnya, sehingga mereka menyebabkan keluar darahnya dan Nabi itu mengusap darah tersebut dari wajahnya sambil berdoa: "Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka itu tidak mengerti." (Muttafaq 'alaih)


645. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukannya orang yang keras -tangguh yang terpuji menurut syara'- itu orang yang menang dalam perkelahian, tetapi yang dinamakan orang keras -tangguh- ialah orang yang dapat menguasai dirinya di waktu marah." (Muttafaq 'alaih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar