web widgets

Senin, 08 Februari 2016

Bab 85. Menjaga Rahasia

Allah Ta'ala berfirman: Dan penuhilah janji, karena sesungguhnya janji itu akan ditanyakan." (al-Isra': 34)

683. Dari Abu Said al-Khudri r.a, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya seburuk-buruknya manusia di sisi Allah dalam hal kedudukannya pada hari kiamat ialah seorang lelaki yang menyetubuhi istrinya dan istrinya itupun menyetubuhinya, kemudian menyiar-nyiarkan rahasia istrinya itu," misalnya mengatakan pada orang lain perihal cara bersetubuhnya atau apa-apa yang dilakukan sebelum itu dan lain-lain. Hal ini termasuk dosa besar. (Riwayat Muslim)

684. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Umar r.a. pada suatu ketika puterinya itu menjadi janda yakni Hafshah. Umar berkata: "Saya bertemu Usman bin Affan, kemudian saya menawarkan padanya akan Hafshah, lalu saya berkata: "Jikalau Anda suka, akan saya kawinkan Anda dengan Hafshah binti Umar." Usman menjawab: "Akan saya fikirkan dulu persoalanku ini," -yakni suka mengawini atau tidaknya-. Saya -Umar- berdiam diri beberapa malam -maksudnya menantikan sampai beberapa hari-, kemudian ia menemui saya lalu berkata: "Kini telah jelas dalam pendirian saya bahwa saya tidak akan kawin pada hariku ini." Selanjutnya saya bertemu dengan Abu Bakar as-Shiddiq r.a. lalu saya berkata: "Jikalau Anda suka, saya akan mengawinkan anda dengan Hafshah binti Umar. Abu Bakar r.a. diam saja dan seterusnya ia tidak kembali padaku sama sekali -yakni tidak memberikan jawaban apa-apa perihal ya atau tidaknya-. Oleh sebab tidak menerima jawaban itu, maka saya lebih sangat marahnya kepada Abu Bakar daripada terhadap Usman. Selanjutnya saya berdiam diri beberapa malam, kemudian dipinang oleh Nabi s.a.w. lalu saya mengawinkan Hafshah itu kepada beliau s.a.w. Setelah itu Abu Bakar menemui saya, kemudian iapun berkatalah: "Barangkali Anda marah kepada saya ketika Anda menawarkan Hafshah pada saya itu, tetapi saya tidak memberikan jawaban apapun pada Anda?" Saya berkata: "Ya." Abu Bakar lalu berkata lagi: "Sebenarnya tidak ada yang menghalang-halangi saya untuk kembali -memberikan jawaban- kepada Anda itu perihal apa yang Anda tawarkan pada saya, hanya saja karena saya telah mengerti bahwa Nabi s.a.w. pernah menyebut-nyebutkan Hafshah tadi -maksudnya beliau s.a.w. ada keinginan akan mengawininya-. Maka oleh sebab itu saya tidak akan menyiar-nyiarkan rahasia Rasulullah s.a.w. itu. Andaikata beliau s.a.w. meninggalkannya -yakni tidak ada keinginan mengawininya-, sesungguhnya saya menerimanya -yakni suka mengawininya-. (Riwayat Bukhari) Taayyamat yaitu menjadi tidak bersuami lagi -yakni janda-, karena suaminya r.a. telah wafat. Wajad-ta artinya marah.

685. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Kita semua para istri Nabi s.a.w. sedang berada di sisi beliau s.a.w. itu. Kemudian menghadaplah puterinya yakni Fathimah radhiallahu 'anha dengan berjalan dan -cara- berjalannya itu tidak ada salahnya sama sekali -yakni sama persis- dengan cara jalannya Rasulullah s.a.w. Ketika beliau s.a.w. melihatnya, beliaupun menyambutnya dengan baik dan bersabda: "Marhaban hai puteriku." Fathimah disuruhnya duduk di sebelah kanannya atau -menurut riwayat lain- di sebelah kirinya. Seterusnya Nabi s.a.w. membisikinya, lalu Fathimah menangis dengan tangisnya yang keras sekali. Setelah beliau s.a.w. melihat kegelisahan puterinya lalu dibisikinya sekali lagi, lalu Fathimah tertawa." Saya -Aisyah- berkata kepada Fathimah: "Engkau telah diistimewakan oleh Rasulullah s.a.w. diantara sekalian istri-istrinya dengan dibisiki, kemudian engkau menangis." Sesudah Rasulullah s.a.w. berdiri dari tempatnya, lalu saya -Aisyah- bertanya kepada Fathimah: "Apakah yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. padamu itu?" Fathimah menjawab: "Saya tidak akan menyiar-nyiarkan apa yang dirahasiakan oleh Rasulullah s.a.w." Sesudah Rasulullah s.a.w. wafat, saya berkata kepada Fathimah: "Saya bersengaja hendak bertanya kepadamu dengan cara yang sebenarnya, supaya engkau meberitahukan kepadaku apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. Fathimah menjawab: "Kalau sekarang, baiklah saya memberitahukan itu. Adapun yang dibisikkan oleh beliau s.a.w. pada pertama kalinya, yaitu beliau s.a.w. memberitahukan kepada saya bahwasanya Jibril dahulunya memberikan kepadanya wahyu dari al-Quran itu dalam setahun sekali, sedang sekarang dalam setahun diberikan dua kali. Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya tidak mengetahui tentang datangnya ajalku itu, melainkan tentu sudah dekat. Maka dari itu bertaqwalah engkau dan bersabarlah, sesungguhnya saja sebaik-baiknya orang yang mendahului ialah saya mendahuluimu." Karena itu lalu saya menangis sebagaimana tangisku yang Anda lihat dulu itu. Selanjutnya setelah beliau s.a.w. melihat betapa kegelisahan hatiku, lalu saya dibisikinya untuk kedua kalinya, lalu beliau bersabda: "Hai Fathimah, tidakkah engkau suka jikalau engkau menjadi penghulu -pemimpin- dari seluruh wanita dari kalangan kaum mu'minin atau penghulu dari seluruh wanita dari kalangan umat ini?" Oleh karena itu, maka sayapun ketawa sebagaimana yang Anda lihat dulu itu." (Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaznya Imam Muslim.


686. Dari Tsabit dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mendatangi saya dan di waktu itu saya sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau s.a.w. mengucapkan salam pada kita, kemudian menyuruh saya untuk sesuatu keperluannya. Oleh sebab itu saya terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah saya datang, ibu lalu bertanya: "Apakah yang menahanmu -sampai terlambat datangnya ini-?" Saya berkata: "Saya diperintah oleh Rasulullah s.a.w. untuk sesuatu keperluannya." Ibu bertanya: "Apakah hajatnya itu?" Saya menjawab: "Itu adalah rahasia." Ibu berkata: "Kalau begitu jangan sekali-kali engkau memberitahukan rahasia Rasulullah s.a.w. tersebut kepada siapapun juga." Anas berkata: "Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah saya beritahukan kepada seseorang, sesungguhnya saya akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, hai Tsabit." Diriwayatkan oleh Imam Muslim, sedang Imam Bukhari meriwayatkan sebagian dengan diringkaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar