web widgets

Rabu, 03 Februari 2016

Bab 65. Mengingat-ingat Kematian Dan Memperpendek Angan-angan

Allah Ta'ala berfirman: "Setiap jiwa itu akan merasakan kematian. Sesungguhnya engkau semua itu akan dicukupkan semua pahalamu nanti pada hari kiamat. Maka barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, maka orang itu benar-benar memperoleh kebahagiaan. Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan harta benda tipuan belaka." (Ali-Imran: 185)

Allah Ta'ala berfirman: "Seseorang itu tidak akan mengetahui apa yang akan dikerjakan pada esok harinya dan seorangpun tidak akan mengetahui pula di bumi mana ia akan mati." (Luqman: 34)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Maka apabila telah tiba waktu ajal mereka, tidaklah mereka itu dapat mengundurkannya barang sesaat dan tidak kuasa pula mendahuluinya." (an-Nahl: 61)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Hai sekalian orang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu itu melalaikan engkau semua dari mengingat kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh kerugian. Dan nafkahkanlah -untuk kebaikan- sebagian dari apa-apa yang Kami rezekikan kepadamu semua sebelum kematian mendatangi seseorang dari engkau semua, lalu ia berkata: "Ya Tuhanku mengapa aku tidak Engkau beri tangguh barang sedikit waktu, supaya aku dapat memberikan sedekah dan aku dapat dimasukkan dalam golongan orang-orang shalih. Allah sama sekali tidak akan memberikan tangguhan waktu kepada sesuatu jiwa jikalau telah tiba ajalnya dan Allah adalah Maha Periksa perihal apa saja yang engkau semua lakukan." (al-Munafiqun: 9-11)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Sehingga dikala kematian telah tiba pada seorang diantara mereka, iapun berkatalah: "Ya Tuhanku, kembalikanlah saya hidup -kedunia- supaya saya dapat mengerjakan amalan yang baik yang telah saya tinggalkan". Janganlah begitu. Sesungguhnya perkataan itu hanyalah sekedar yang dapat ia ucapkan. Di hadapan mereka ada barzakh, dinding yang membatasi sampai hari mereka dibangkitkan. Selanjutnya, apabila ditiup sangkakala, maka pada hari itu tiada lagi pertalian -kekerabatan dan persahabatan- diantara mereka dan antara satu dengan lainnya tidak dapat tanya menanya. Maka barangsiapa yang berat timbangan amal kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung dan barangsiapa yang ringan timbangan amal kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka tetap berada di dalam neraka jahanam. Api neraka itu membakar muka mereka dan mereka di dalamnya bermuka masam. Bukankah ayat-ayatKu telah pernah dibacakan kepadamu semua, tetapi engkau semua mendustakannya." Sehingga pada firman Allah Ta'ala: "Dia berfirman: "Berapa tahunkah lamanya engkau semua menetap di bumi?" Mereka menjawab: "Kita semua menetap sehari atau setengah hari saja, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang pandai menghitung."

Allah berfirman lagi: "Engkau semua tidaklah menetap di situ -didunia- melainkan dalam waktu sebentar saja, andaikata engkau semua mengetahuinya. Adakah engkau semua mengira bahwa Kami menciptakan engkau semua itu dengan main-main belaka dan bahwasanya engkau semua tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (al-Mu'minun: 99-115)

Allah Ta'ala berfirman:  "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman supaya hati mereka tunduk untuk mengingat kepada Allah serta kebenaran yang telah turun pada mereka -agama Allah Ta'ala-. Janganlah mereka menjadi serupa dengan orang-orang yang telah diberi Kitab pada masa dahulu, tetapi mereka telah melalui masa yang panjang, kemudian menjadi keras -kasar- hati mereka itu. Dan sebagian banyak dari mereka itu adalah orang-orang yang fasik -tidak dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan-." (al-Hadid: 16)

Ayat-ayat dalam bab ini amat banyaknya dan dapat dimaklumi.

572. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. menepuk bahuku lalu bersabda: "Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah engkau itu orang gharib -orang yang berada di suatu negeri yang bukan negerinya sendiri- atau sebagai orang yang melalui jalan." Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma berkata: "Jikalau engkau bersore-sore, maka janganlah engkau menanti-nantikan waktu pagi dan jikalau engkau berpagi-pagi, janganlah engkau menanti-nantikan waktu sore -yakni untuk mengamalkan kebaikan itu hendaklah sesegera mungkin-. Ambillah kesempatan sewaktu engkau berkeadaan sehat untuk mengejar kekurangan di waktu engkau sakit dan di waktu engkau masih hidup guna bekal kematianmu." (Riwayat Bukhari)

573. Dari Ibnu Umar r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak ada hak seorang Muslim yang ada sesuatu harta baginya yang hendak diwasiatkan, ia bermalam dua malam, melainkan wasiatnya itu sudah tertulis di sisinya." (Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaznya Imam Bukhari. Maksudnya seorang yang berharta dan ingin memberikan wasiat perihal hartanya itu, hendaklah surat wasiatnya ditulis sesegera mungkin, sebab siapa tahu bahwa ajalnya akan datang pada malam hari sewaktu ia tertidur. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: "Bermalam tiga malam." Ibnu Umar berkata: "Tidak pernah berlalu semalam pun atas diri saya sejak saya mendengar sabda Rasulullah s.a.w. sebagaimana di atas itu, melainkan wasiatku telah ada di sisiku."

574. Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. menggariskan beberapa garis, lalu beliau bersabda: "Ini adalah angan-angan manusia sedang ini adalah ajalnya. Kemudian di waktu orang itu sedang dalam keadaan sedemikian -yakni angan-angannya masih tetap panjang dan membubung tinggi-, tiba-tiba datanglah garis yang terpendek -yakni garis yang memotongnya yaitu kematian-." (Riwayat Bukhari)

575. Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Nabi s.a.w. menggariskan suatu garis berbentuk persegi empat dan menggariskan lagi suatu garis di tengah-tengahnya yang keluar dari kalangan persegi empat tadi, juga menggariskan lagi beberapa garis kecil-kecil yang menuju ke arah garis di tengah-tengah itu dan keluar dari arah tepinya yang tengah, lalu beliau s.a.w. bersabda:  "Ini adalah manusia dan ini adalah ajalnya meliputi diri manusia tadi, atau memang telah meliputinya. Garis yang keluar dari kalangan ini adalah angan-angannya, sedang garis-garis kecil-kecil ini adalah barang-barang baru yang mendatanginya -yakni apa-apa yang dapat ia ambil dari keduniaan-, berupa kebaikan atau keburukan. Jikalau ia terluput dari yang ini -yakni bencana yang satu-, tentu ia terkena oleh yang ini -bencana yang lainnya- dan jikalau ia terluput dari yang ini -bencana yang satunya lagi-, maka ia tentu akan terkena oleh yang ini -bencana yang lainnya pula-." (Riwayat Bukhari)

576. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bersegeralah engkau semua dengan melakukan amalan-amalan yang baik sebelum datangnya tujuh macam perkara ini, yaitu: Apakah engkau semua menantikan -dalam meninggalkan bersegera itu- melainkan dengan datangnya kefakiran yang melalaikan, ataupun kekayaan yang menyebabkan kecurangan, ataupun sakit yang merusakkan tubuh, ataupun ketua bangkaan yang menyebabkan kurangnya akal fikiran -yakni akal menjadi tidak normal lagi-, ataupun kematian yang cepat, ataupun Dajjal, maka ia adalah seburuk-buruknya makhluk ghaib yang dinantikan, ataupun datangnya hari kiamat, padahal hari kiamat itu adalah saat yang terbesar bencananya serta yang terpahit deritanya." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

577. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perbanyaklah olehmu semua akan mengingat-ingat kepada sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan -yaitu kematian-. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.


578. Dari Ubay bin Ka'ab r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu setelah berlalu sepertiga malam, beliaupun bangunlah, kemudian bersabda: "Hai sekalian manusia, ingatlah engkau semua kepada Allah, datanglah kegoncangan besar -yakni tiupan pertama- yang diikuti oleh peristiwa dahsyat -yakni tiupan kedua- dan antara kedua tiupan itu ada empat puluh tahun lamanya. Kematian itu datang dengan segala macam kesengsaraannya, kematian itu datang dengan segala macam kesukarannya -yakni ketika datangnya sakaratul maut-." Saya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya memperbanyakkan bacaan shalawat atas Tuan, maka seberapakah yang perlu saya jadikan untuk Tuan itu dari doaku?" Beliau s.a.w. menjawab: "Sekehendakmu sajalah." Saya bertanya: "Seperempat?" Beliau menjawab: "Sekehendakmu, tetapi kalau engkau menambahkannya, maka itu adalah lebih baik untukmu?" Saya bertanya lagi: "Separuh bagaimanakah?" Beliau menjawab: "Sekehendakmu, tetapi kalau engkau menambahkannya, maka itu adalah lebih baik lagi untukmu." Saya bertanya pula: "Kalau begitu, dua pertiganya bagaimanakah?" Beliau menjawab: "Sekehendakmu sajalah, tetapi kalau engkau menambahkannya, maka itu adalah lebih baik untukmu." Saya berkata: "Saya akan menjadikan semua doaku itu untuk Tuan." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Jikalau demikian engkau akan dicukupi perihatinmu -yakni urusanmu di dunia dan akhirat akan dipenuhi seluruhnya- serta diampunilah dosamu." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar